Wajah Mbah Guru Tak Pernah Berdusta bak Telaga Jernih
25 November 2024 10:25Diperbarui: 25 November 2024 23:1121132
Wajah Mbah Guru tak pernah berdusta bak telaga jernih Riaknya bergetar halus saat disapa angin sepoi-sepoi Tetap memesona di dalam ketenangan dan kesahajaannya Hingga daun-daun sangat yakin dan percaya Selalu ada jalan keluar… Ketika membicarakan segala persoalan dengan Mbah Guru
Wajah Mbah Guru tak pernah berdusta seperti telaga Kerutan di dahinya tampak begitu nyata Menunjukkan banyak cerita hidup yang sudah dilewatinya Senyumnya senantiasa penuh dengan nuansa kebijaksanaan Selalu dapat mencairkan suasana yang beku tak bersahabat Begitulah wajah Mbah Guru menghiasi kampung halaman Minuk
Mbah Guru tak hanya mengajar dan mendidik anak-anak di sekolah Ia telah menjadi inspirasi bagi orang-orang di sekitarnya Dan saat berangkat ke sekolah dengan mengendarai vespanya... Senyumnya benar-benar telah meninggalkan jejak kedamaian Hingga orang-orang di kampung halaman Minuk selalu menunduk hormat Menyapa dengan santun, “Selamat pagi, Pak Guru…”
Daun-daun juga menyaksikan orang sekampung memanggil Pak Guru dengan bangga Karena ada sosok yang bisa menjadi teladan di kampung mereka Kecuali neneknya Minuk yang masih kerabat dekat, memanggil Pak Guru dengan sebutan Kang Guru Itulah yang membuat Minuk sering tersenyum-senyum sendiri Membayangkan rupa hewan bernama Kanguru yang pernah ia dengar dari angin senja Meski tak mendapatkan serpihan gambar untuk memenuhi sketsa di kanvas imajinasinya Minuk tak mempermasalahkan bila ia mengenal Kanguru hanya sebatas namanya saja Semua memang serba hitam putih pada tahun 1980-an
Hari ini Hari Guru Nasional Minuk pun segera berlari menuju jembatan sejarah di dalam kehidupannya Ingatannya tentu melayang kepada Mbah Guru yang dikaguminya Sosok yang dipanggil Pak Guru oleh orang sekampung karena profesinya Namun tidak bagi Minuk yang kini telah menjadi dewasa… Guru bukan saja orang yang berprofesi mengajar di sekolah Tetapi, guru adalah sosok yang semestinya dapat dianut dan diteladani oleh banyak orang Dan Mbah Guru memang laik dipanggil Pak Guru oleh semua orang di kampung halamannya
Tak hanya tertuju kepada sosok Mbah Guru yang mengagumkan Minuk juga mengingat semua para guru yang pernah hadir di dalam kehidupannya Kakek, Nenek, Bapak, Ibu, Saudara, Para Guru di Sekolah, Kerabat dan semua orang di kampungnya Bagi Minuk, mereka semua adalah guru-guru yang telah mencerdaskan anak bangsa dengan tanpa keluh kesah Bagi Minuk, mereka semua adalah guru-guru yang telah membentuk karakter anak bangsa menjadi tangguh dan kuat Mereka hanya cukup menjalankan hidup dan kehidupan ini dengan apa adanya Agar anak-anak bangsa ini dapat menyaksikan dan mengambil banyak pelajaran dari padanya
Hari ini semua daun di rumah Minuk berbisik pada angin sepoi-sepoi Agar tidak mengusap air mata Minuk yang tiba-tiba menetes Semua sepakat membiarkan keindahan itu tak lagi bersembunyi Tatkala Hymne Guru mulai menggema dan menyentuh hati Menumpahkan hujan kasih sayangnya bagai gerimis pada jiwa-jiwa manusia Dan semua patut mengakui bahwa Pak Sartono memang sungguh hebat Mampu menerjemahkan keikhlasan menjadi sebuah lagu indah Menggambarkan sosok guru sebagai patriot tanpa tanda jasa
Bagi Pak Sartono… Guru laksana tetes-tetes embun yang menyejukkan Saat anak-anak bangsa haus akan pengetahuan Bagi Pak Sartono… Guru adalah patriot tanpa tanda jasa Yang dengan tanpa pamrih rela menjadi pelita di dalam kegelapan Menuntun anak-anak bangsa menuju terang masa depan Mengasah, mengasuh, dan mengasihi mereka dengan sepenuh hati
Minuk akan selalu mengukir nama mereka di hatinya Menjadikannya sebagai prasasti di dalam sanubarinya Seperti lirik indah lagu Hymne Guru yang mampu memikat semua insan yang mendengarkannya Dan hari ini Minuk berharap dalam doa… Semoga fondasi pendidikan bangsa ini tidak bergeser dari tempatnya Tetap mampu menyentuh semua aspek individu seperti yang digagas oleh Sang Bapak Pendidikan Mulai dari aspek kognitif, moral, emosional, dan juga fisik secara menyeluruh Yang semua itu sejatinya sudah ada dan tersebar di Alam Semesta
Bagi Minuk, pandangan Ki Hajar Dewantara tersebut memang sangat mengagumkan Dapat menjadi kompas bagi generasi berikutnya menuju masa depan yang lebih cerah Dan hari ini Minuk telah menyadari sepenuhnya Sudah sepatut dan sepantasnya ia banyak belajar... Dari pengalaman yang merupakan guru terbaik dalam kehidupan Dengan Alam sebagai pendidik dan pengajar utamanya Yang tanpa pamrih memberikan pancaran cahayanya Di zaman yang terus berkembang dengan pesat
Hari ini, tongkat estafet itu telah jatuh pada generasi masa kini Perlu kepekaan tinggi dalam beradaptasi untuk melanjutkan bakti kepada pertiwi Seperti wajah Mbah Guru yang tak pernah berdusta bak telaga jernih Riaknya bergetar halus saat disapa angin sepoi-sepoi Tetap memesona di dalam ketenangan dan kesahajaannya Hingga daun-daun sangat yakin dan percaya Selalu ada jalan keluar… Ketika membicarakan segala persoalan dengan Mbah Guru
Selamat Hari Guru Nasional…. Bandungan, 25 November 2024
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Akun Terverifikasi
Diberikan kepada Kompasianer aktif dan konsisten dalam membuat konten dan berinteraksi secara positif.