21 Oktober 2024 11:11Diperbarui: 23 Oktober 2024 08:2445545
Bias jingga terukir begitu menawan persis di ujung cakrawala Dalam remang cahaya yang sangat lembut memesona Berpadu harmoni mencipta rasa hangat nan istimewa Tampak sepasang suami istri duduk berdampingan menatap langit senja Dengan menikmati secangkir cappucino hangat di jemari tangan mereka Yang tanpa mereka sadari… Siluetnya telah menyempurnakan indahnya panorama swastamita
Keduanya menatap laut yang membentang Dengan pikiran menerawang tanpa batas Menyatukan cerita tentang perjalanan yang pernah dilalui bersama Seperti film yang diputar tanpa jeda iklan Satu per satu peristiwa seolah nyata di dalam angan Dan tampak camar mengepakkan sayap di antara desiran angin Turut menyimak cerita yang belum usai dikisahkan
Seperti melampaui tujuh benua dan tujuh samudra Seperti terbang menjelajah galaksi di angkasa luar tanpa batas Dan kembali ke bumi dalam keadaan selamat Dengan membawa cara pandang baru tentang hidup dan kehidupan Kemudian bersama-sama menikmati lagi secangkir cappucino hangat Yang di setiap tegukannya seperti membuka jalan bagi cahaya Yang membuat hari-hari mereka selalu menyenangkan
Demikianlah sinopsis cerita ini… Yang dituang dari mimpi secangkir cappucino hangat Menjadi sebentuk puisi bebas dan panjang Yang digubah Sang Pujangga berjubah putih... Dengan menorehkan tinta pada lembaran putih buku kehidupan Menghamparkan kisah pernikahan seindah berlian...
Kisah bermula dari Muara Padang Saat hujan turun sangat lebat hari itu Terlihat seorang pemuda muncul dari balik hujan Melangkah dengan mantap menembus keheningan Kemudian tampak seorang gadis cantik dengan rambut lebat Yang menanti dengan harap-harap cemas… Akankah payung itu diberikan kepadanya? Ataukah mungkin kepada gadis lain? Yang juga menaruh hati kepada Sang Pemuda?
Adegan romantis kemudian terjadi secepat kedipan mata… Ketika payung akhirnya diserahkan Kepada gadis cantik dengan rambut lebat itu Sorak sorai yang menyaksikan pun tak dapat diredam Semua turut larut dalam gembira Melihat benih-benih cinta tumbuh pada taman hati keduanya Dan kisah ini, tentu akan terus membayang dalam ingatan Meski Gedung Pancasila tempat first date mereka, telah menghilang ditelan ombak…
Janji pernikahan akhirnya diucapkan dengan lantang Pada 2 Januari 1965 di depan Altar Disaksikan oleh seluruh yang hadir di Gereja Sang Pemuda dan Sang Gadis bersatu dalam pernikahan Untuk saling mencintai dalam untung dan malang Untuk saling mencintai dan menghormati sepanjang hayat
Janji telah diucapkan dan harapan telah diamini Jika hidup perkawinan bagaikan bahtera di luasnya samudra… Mampukah pasangan ini berlayar mengarunginya? Dengan tetap bergandengan tangan di dalam suka dan duka? Cinta memang menyenangkan namun tidak mengenyangkan Begitu menurut pasangan ini, setelah melewati gelombang demi gelombang kehidupan
Ternyata tidak cukup hanya saling mencintai Untuk menjalankan biduk pernikahan di luasnya samudra Banyak kebutuhan bersama mesti dipenuhi, baik lahir maupun batin Belum lagi menerima perbedaan karakter, hobi, gaya bicara dan masih banyak lagi… Haruskah masa honeymoon langsung berakhir? Saat badai kehidupan tiba-tiba menyapa tanpa permisi? Apakah kesabaran, kesadaran dan juga ketulusan masih akan terjaga dengan baik? Saat sampai pada titik nadir dalam kehidupan?
Akhirnya Berpetualang ke Kota Medan Disebabkan kondisi keuangan yang tidak memadai di awal pernikahan Membuat honeymoon di Bukittinggi hanya berlangsung tiga hari saja Kota Medan pun menjadi pilihan mereka untuk mengubah keadaan Berharap menjadi pedagang sukses dalam waktu singkat Tetapi mimpi dan angan-angan indah itu berujung kandas, dalam waktu yang singkat pula Karena tidak berpengalaman dalam hal berdagang
Bagai daun di musim gugur yang rapuh Jatuh begitu saja tanpa memberikan pesan apa pun Semua modal habis dan utang menumpuk Wajar bila putus asa mulai memperkenalkan dirinya Namun Sang Istri tetap menunjukkan kesetiaannya Memungut daun yang jatuh… Dan mendekapnya dengan sepenuh hatinya
Semua perhiasan yang melekat kemudian dilepaskan Untuk membayar utang meski tidak semuanya terbayar Kesetiaan, kesabaran, kesadaran dan ketulusan memang dipertaruhkan Namun, terpuruk dalam kegagalan ternyata tak membuat Sang Istri berpaling… Angin pun dapat mendengar suara lirih Sang Istri berbisik… "Koko, Koko adalah satu-satunya laki-laki yang Lin cintai dalam hidup ini. Sejak dulu, kini, dan selamanya. "
Mendengar itu, embun pagi pun bergegas datang… Menyelipkan butiran-butiran harapan indah Kala pasangan ini kemudian bekerja di Pabrik Karet Dengan senyum terkembang pada langit yang tampak mulai cerah Untuk membangkitkan semangat dan kembali membangun mimpi mereka Tetapi, keadaan ternyata tetap saja tidak membaik seperti harapan mereka Meski sudah bekerja dengan sangat keras
Angin pun tak akan percaya... Kicau burung di hutan benar-benar tak lagi terdengar merdu Saat malaria menyerang dan hampir merenggut nyawa Sang Suami Yang pada saat di ambang kematian itu Lagi-lagi angin mendengar bisikan lembut Sang Istri… " Koko sayang, Lin tidak akan mampu hidup tanpa Koko…" Puji Tuhan keadaan ini akhirnya terlewati…
Embun pagi masih menyerukan impian indah Dalam butiran-butiran asa beserta segala misterinya Dan sebelum embun menguap dari ujung rumput Pasangan ini pun telah menggenggam sebuah keputusan Kampung halaman adalah tempat pulang Untuk kembali ke titik awal dan menentukan langkah selanjutnya Tak masalah menebalkan kulit muka Menahan malu pada teman dan juga kerabat Karena gagal hidup di perantauan
Mereka akhirnya menyadari Kemiskinan, sakit, penderitaan dan kegagalan bukanlah akhir dari segalanya Semua itu dapat dijadikan landasan meraih pencerahan Untuk lebih mengerti dan memahami Tentang arti hidup dan kehidupan yang sesungguhnya Maka, Pasar Tanah Kongsi pun menjadi destinasi berikutnya Untuk menitipkan mimpi beserta segala fantasi indahnya Dengan bekerja keras, berdoa, bertahan dan juga bersabar
Siapa sangka badai kehidupan masih terus menyapa pasangan ini Saat menjadi guru sekaligus penjual kelapa parut Dengan keadaan kedai yang sangat memprihatinkan Berada di atas selokan yang aliran airnya bermuara ke Sungai Batang Arau Membuat malam-malam menjadi terasa mencekam tiap kali banjir datang Dan harus mengungsi ke atas loteng dengan hati-hati Karena loteng yang mereka maksud Adalah plafon rumah yang sungguh ringkih
Dan hal yang paling tragis adalah saat sang buah hati sakit Dalam kondisi kejang-kejang tanpa uang di tangan Cincin pernikahan pun akhirnya melayang untuk membeli obat Karena tak ada satu pun yang menolong meminjamkan uang Belum lagi aliran listrik diputus karena menunggak dua bulan Membuat kehidupan mereka bagai daun-daun di musim gugur yang rapuh Yang perlahan-lahan terbang jatuh ke tanah Menuju titik terendah di dalam kehidupan…
Namun, keduanya tetaplah menjadi guru yang baik hati Meskipun dalam keterbatasan ekonomi Yang untuk makan sebungkus nasi rames bertiga bersama si kecil Terkadang harus berutang... Benar-benar seperti daun-daun yang berguguran tanpa harapan Bersama mimpi-mimpi indah yang tak dapat dihentikan oleh angin malam Demikianlah irama hidup yang dilalui keluarga kecil ini Selama tujuh tahun mengarungi samudra kehidupan di tengah badai
Tak jarang keduanya menangis di dalam hati Kala memperhatikan keadaan satu sama lainnya Hingga Sang Pujangga pun menghentikan penanya untuk sesaat Turut larut pada kepedihan pasangan ini… Wajar bila bumi terasa menganga Dan hidup serasa terperosok ke dalam jurang tak berdasar Seperti menuju kerak bumi yang sungguh dalam dan penuh tekanan…
Tetapi, di sanalah tempat terbentuknya berlian Sebelum kilaunya bersinar memesona semua mata Karena ia adalah karbon murni yang kelak bertransformasi menjadi berlian Berada pada lapisan bumi yang sangat dalam Berada sangat jauh di bawah tanah Dengan tekanan sangat luar biasa dan suhu sangat panas Yang setelah jutaan tahun Perlahan-lahan mengkristal dan membentuk sebuah berlian
Api pun tak akan sanggup membakar zat paling keras di bumi ini Palu, bor dan bahkan waktu pun tak akan mampu menghancurkan batu permata ini Yang semakin mendapat tekanan malah semakin kuat Seperti yang terjadi pada pasangan suami istri ini Yang semakin mereka masuk pada kedalaman hati Keduanya malah semakin mengenal satu sama lain Hingga kemudian dapat lebur menjadi satu kesatuan Dan melahirkan kekuatan dahsyat dari dalam diri mereka
Mencapai pernikahan berlian adalah berkat Ilahi Bak kilau berlian yang begitu menakjubkan dilihat dari semua sisi Kilaunya benar-benar memukau menawan hati Bahkan ia dapat menghilang dalam segelas air Dalam kondisi cahaya tertentu oleh karena saking beningnya Seperti hati seorang bayi yang baru dilahirkan Sebelum ia terkontaminasi oleh debu kehidupan Ia begitu murni dan jernih di dalam keluguannya…
Demikian pula kehidupan pasangan ini Bagai berlian yang jatuh di dalam Palung Mariana Jatuh pada kedalaman yang sulit untuk dibayangkan Kemudian melewati tekanan demi tekanan di dalamnya Dan keduanya tetap bergandengan tangan dalam kesetiaan Karena di sanalah letak keteguhan dan kesabaran dipertaruhkan Demikian juga dengan kesadaran dan juga ketulusan Puji Tuhan akhirnya mereka menemukan kembali kemurnian hati mereka
Setiap peristiwa adalah pembelajaran bagi keduanya Sang Istri selalu mendampingi Sang Suami dengan setia Kala bersama-sama mengarungi samudra kehidupan Yang sungguh teramat menyakitkan luar dalam Sang Suami pun juga menghargai kesetiaan istrinya Hingga menjadikannya inspirasi dan motivasi Kala hampir tenggelam dalam samudra keputusasaan
Memang selalu ada misteri di balik setiap peristiwa Baik yang membahagiakan maupun yang menorehkan luka Angin senja pun terdiam dalam kekagumannya Akan keberanian pasangan ini kala menyelaraskan semua ego Untuk lebur menjadi satu kesatuan Dalam terang cahaya Ilahi
Siapa sangka kemudian muncul kekuatan dari dalam diri mereka… Yang tak dapat dibantah lagi oleh angin senja Mimpi-mimpi mereka pun akhirnya menjadi kenyataan secara bertahap Setelah tujuh tahun berselang… Saat mereka mencapai titik balik kehidupan
Seperti berlian, begitulah mereka dan kisahnya Seperti sebuah mahakarya indah yang hidup Yang setiap detailnya mampu mencerminkan pesona, kekuatan, dan juga ketangguhan Hingga kilau sejati di dalam diri mereka benar-benar bersinar Mengekspresikan perasaan yang begitu mendalam, dan mengurainya dengan tanpa pamrih Tidaklah mengherankan bila hati keduanya laksana berlian Kala mereka mencapai pernikahan berlian
Seperti kilau berlian… Demikianlah kekuatan cinta, kasih, dan juga sayang dari pasangan ini Bukan hanya karena catatan waktu yang telah mereka lewati Tetapi keduanya memang laik mendapatkan predikat itu Yang tetap romantis dan tak terpisahkan Selama puluhan tahun hingga sampai saat ini Yang menegaskan betapa indah dan tangguhnya hubungan mereka
Cinta dan kasih sayang mereka telah begitu jernih dan bening bak berlian Dengan kecemerlangan batin yang memancar dalam kebahagiaan mereka Merefleksikan nilai dan keindahan abadi tentang sebuah kesejatian cinta Yang pesona dari kilaunya memang begitu menawan Bukan saja oleh keindahannya Namun karena di dalamnya tersembunyi kekuatan
Maka, tiada kata selain rasa syukur tak terkira Ketika keduanya dapat keluar dari kehidupan yang sangat menyakitkan Dan saat tirai kabut yang menghalangi cahaya Ilahi telah tersingkap Berlian benar-benar mencerminkan hati keduanya Begitu beningnya hingga melihat Sang Suami seperti melihat Sang Istri Demikian pula sebaliknya
Mereka dan kisah mereka memang laik menjadi inspirasi Bahwa setiap pasangan bisa menuju kualitas pernikahan bak berlian Tak harus menunggu perjalanan 60 tahun... Karena dapat dimulai dari sekarang Memupuk keberanian untuk menyelaraskan semua ego Dengan melepaskan pikiran, tindakan, dan kebiasaan Yang tidak sepatut dan sepantasnya
Kemudian menjalankan hidup dengan penuh penghayatan Bermeditasi tiada henti di dalam kesadaran Hingga pikiran dan hati, selaras dengan tindakan dan juga ucapan Lebur menjadi satu kesatuan di dalam keikhlasan Yang ditujukan hanya kepada Tuhan Yang Maha Kasih Seperti yang telah mereka lakukan…
Seperti melampaui tujuh benua dan tujuh samudra Seperti terbang menjelajah galaksi di angkasa luar tanpa batas Dan kembali ke bumi dalam keadaan selamat Dengan membawa cara pandang baru tentang hidup dan kehidupan Kemudian bersama-sama menikmati lagi secangkir cappucino hangat Yang di setiap tegukannya seperti membuka jalan bagi cahaya Yang membuat hari-hari mereka selalu menyenangkan
Benar-benar seperti kisah dari dalam dongeng… Seringkali keduanya merasa bagaikan mimpi Dapat menikmati keindahan musim semi di Australia untuk saat-saat ini Sepasang suami istri ini adalah Ibunda Roselina dan Ayahanda Tjiptadinata Effendi Yang tahun demi tahun telah dilalui Dengan bergandengan tangan hingga sampai pada hari ini Dan menuju angka 60 tahun pada 2 Januari 2025 nanti
Maka, sudah sepatut dan sepantasnya merayakan pencapaian ini Dengan rasa syukur tak terkira atas semua yang telah dimiliki Untuk menuju masa depan yang akan selalu lebih indah setiap hari Dan di hadapan laut yang membentang indah Pasangan suami istri ini pun masih menerawang tanpa batas Menyatukan cerita yang pernah dilalui bersama dengan senyum terkembang Ditemani secangkir cappucino hangat di jemari tangan mereka
Pada saat yang sama… Sang Pujangga juga masih terus menorehkan tintanya Mematutkan sajak-sajak indah pada lembaran putih buku kehidupan Bersama burung camar yang masih setia... Mengepakkan sayapnya di antara desiran angin Menyimak kisah ini sampai kata terakhir
Akhirnya tuntas sudah kisah pernikahan seindah berlian dalam puisi ini Saat tegukan terakhir dari secangkir cappucino... Terasa begitu hangat, ringan, dan sangat istimewa Yang membuka jalan bagi cahaya membelah langit senja Dan surga perlahan-lahan seperti turun ke bumi Dalam bias jingga yang terukir indah, persis di ujung cakrawala Yang di sana, yang ada hanyalah keikhlasan
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.