24 Agustus 2024 18:50Diperbarui: 25 Agustus 2024 13:1836156
Matamu seperti matahari baru terbit… Padahal sudah lewat pukul 09.00 pagi… Mata yang tajam namun dapat meneduhkan hati Berkilau bak cahaya keluar dari gelembung embun pagi Sempurna dengan kehangatan dan kelembutan yang begitu bening Hingga mampu menembus jantungku tanpa permisi Kemudian menelanjangi seluruh pikiranku dengan begitu teliti Dan anehnya, kubiarkan saja semua itu terjadi Membuatku seperti terlahir kembali Bagai bayi mungil dengan pikiran yang jernih dan murni Sejak pertama kutatap matamu yang seperti matahari baru terbit… Padahal sudah lewat pukul 09.00 pagi…
Wajahku memerah seperti langit senja Tak mampu bersembunyi dari tatapan matamu yang penuh cinta Matahari pun terdiam dan tak mampu menggoda Apalagi saat sore tiba dengan sangat cepat Aku benar-benar kikuk saat menuju puncak malam Sampai kau meraihku ke dalam pelukanmu yang hangat Bersama-sama menikmati alunan lagu Misty yang menyempurnakan malam penuh pesona... Dengan secangkir kopi hitam… Yang aromanya begitu cepat menguar oleh hasrat nan membara... Benarkah itu yang dinamakan cinta? Cinta dengan segala keajaibannya? Hingga mampu membutakan segalanya?
Aku benar-benar tak bisa menyembunyikan sesuatu darimu lagi sejak hari itu Aku seperti menghilang dari permukaan bumi bila berada di dekatmu Dan topeng-topeng berlapis kemudian datang membantuku Mengatasi keadaanku yang lebih banyak canggung tiap kali bersamamu Mungkinkah karena perbedaan kasta dan budaya di antara aku dan kamu? Lalu siapakah sejatinya aku? Lalu siapakah sesungguhnya kamu? Hingga kita dipertemukan untuk berpadu? Dan aku hanya bisa pasrah menyaksikan rembulan tersenyum misterius… Melihatku yang semakin gelisah dengan hati tak menentu…
Aku yakin cerita tentang kita memang telah tertulis pada wajah rembulan Aku dan kamu memang tak dapat dipisahkan Namun kenapa selalu saja ada jarak di antara kita? Meskipun jarak itu adalah rindu-rindu yang selalu datang menggoda? Apakah aku adalah fantasiana? Yang sudah begitu lelah bermain peran dengan banyak topeng di dunia fana? Lalu siapakah sesungguhnya kamu yang begitu mengagumkan? Yang selalu saja mengenaliku meskipun aku mengenakan topeng sangat tebal? Ah, kini aku tahu jawabannya… Sejatinya kau adalah kerinduan itu sendiri Maka, biarkan kerinduan itu berada di dalam keabadiannya Kemudian lebur di dalam keikhlasan yang sempurna Karena tidak ada cinta tanpa kerinduan
Kini malam telah mencapai puncaknya Tirainya benar-benar telah terbuka selebar-lebarnya untuk kita Agar kita dapat saling mengenal dengan lebih dekat Saat mata kita saling menatap… Saat napas kita tertukar dengan sempurna… Dan saat semua rasa menjadi nyata dalam sekejap oleh sentuhan demi sentuhan… Di antara desah rindu yang mengobarkan api asmara.... Untuk meyakinkan dan meneguhkan hati… Bahwa kita adalah pasangan tak terpisahkan Di mana ada kamu, di situ ada aku yang mendampingimu dengan setia Jika manusia adalah rupa dan citra dari Tuhan Mungkinkah Tuhan juga merindukan semua makhluk ciptaanNYA? Seperti kerinduan abadi yang ada di antara kita?
Dan hari ini malam tiba dengan sangat cepat... Cahaya rembulan pun bergegas menyelimuti malam indah kita Dengan berjabat tangan kita mulai menuntaskan kerinduan demi kerinduan... Saling menatap dan menerima satu sama lainnya... Mungkin, itu adalah satu-satunya jalan untuk kita pulang... Setelah aku dan kamu bersatu menjadi kita... Membangun sebuah rumah dan menjadikannya surga bersama Bukan berupa bangunan mewah bertingkat-tingkat yang bisa runtuh kapan saja Tetapi sebuah keluarga yang di dalamnya ada kita dan anak-anak kita Yang senantiasa bergandengan tangan merajut persahabatan abadi... Dengan mata yang selalu berbinar-binar seperti matahari baru terbit… Padahal sudah lewat pukul 09.00 pagi…
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.