27 Februari 2024 09:49Diperbarui: 27 Februari 2024 10:1638162
Perutnya pernah membuncit Tetapi tak pernah membuatnya gundah gulana Apalagi ketika Daun membisikkan rayuan mesra Bahwa ia mencintainya dengan apa adanya Dan akan selalu menyuguhkan gelembung embun pagi bercahaya
Perutnya pernah membuncit Walaupun ia percaya diri, ia tetap menggali sebuah tanya Sejak kapan ia berubah menjadi si pria perut buncit tanpa disadarinya? Sejak kapan banyak celana dan bajunya menjadi tak lagi cukup? Meskipun ia masih leluasa bergerak sebagai tangkai yang kokoh bagi daunnya Namun ia segera bergegas mencari jawaban pada bayangan daun Yang perlahan-lahan menghilang di balik wajah senja rupawan
Sore itu, siluet daun yang dibawa sang senja akhirnya benar-benar menghampirinya Dan pada momen romantis itulah ia mulai mendengarkan suara-suara dari dalam tubuhnya Hingga akhirnya ia benar-benar tersadar Telah lama ia membuat tubuh dan pikirannya bekerja keras Oleh kerakusan dan juga kemalasan Melupakan hobi berkebun, menyapa daun dan juga berjalan kaki di sore hari Membuat perutnya menjadi membuncit tanpa ia sangka-sangka
Napasnya selalu terengah-engah Semua yang dilakukannya serba tergesa-gesa Oleh karena sebab dari banyak alasan Bahkan, saat ia mencoba beristirahat dan bersemadi Ketenangan malah memburunya Dengan sebuah pamrih yang bernama pencapaian Dan ia pun kembali kelelahan
Tiba-tiba saja ia memutuskan hanya makan sekali kenyang dalam sehari Bukan berharap kembali ke berat badan ideal Tetapi ia mencoba peduli kepada tubuhnya Seperti Daun yang senantiasa memperhatikan dirinya Seperti Daun yang selalu setia menghampirinya dengan senyum dan kelembutan Bahkan, memberikan semua gelembung embun pagi yang dimilikinya Dengan tanpa sedikit pun pamrih
Empat puluh hari telah berlalu Makan sekali kenyang dengan penuh kenikmatan telah ia lalui Ia selalu minum air putih dengan penuh rasa syukur Dan mengucapkan terima kasih kepada air putih yang diminumnya Seluruh aktivitasnya pun dilakukan dengan penuh kesadaran dan ketenangan Sehingga ia harus merelakan perut buncitnya itu Menghilang secara perlahan-lahan
Empat puluh hari telah berlalu Ia kembali makan tiga kali sehari dan minum saat ia dahaga Dengan tak lagi tergesa-gesa dan juga terburu-buru Kini, makan dan minum telah menjadi bagian dari aktivitas spiritual baginya Setiap mengunyah makanan dan meneguk minuman Dilakukan seirama dengan napasnya Demikian pula ketika berkebun dan juga berjalan kaki di sore hari Setelah disadari, kebahagiaan sederhana itu ternyata membuatnya semakin bugar
Berbulan-bulan kehidupan yang menurutnya ideal itu dinikmatinya dengan senyuman Namun saat Daun mengundangnya pada sebuah pesta bintang Selama tujuh hari tujuh malam dengan jamuan istimewa Ia segera melahap segalanya dengan penuh kesadaran dan rasa syukur tak terkira Ia pun tersenyum ketika perutnya kembali membuncit Dan begitu menikmati momen saat perlahan-lahan perutnya berubah bentuk Rasa bahagia pun menjalari sekujur tubuhnya Tatkala mengelus perutnya dengan penuh kerinduan yang sungguh mendalam Oh, indahnya dunia...
Perutnya pernah membuncit Tetapi tak pernah membuatnya gundah gulana Apalagi ketika Daun membisikkan rayuan mesra Bahwa Daun mencintainya dengan apa adanya Dan akan selalu menyuguhkan gelembung embun pagi bercahaya
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.