6 Oktober 2023 14:14Diperbarui: 7 Oktober 2023 05:4024322
Ragaku masih terlelap ketika aku menyusuri jalanan sunyi pada suatu malam Tanpa kuminta begitu saja aku terpisah dengannya Napasku pun tampak berembus teratur dan kulihat ragaku tidur dengan tenang Begitu nyenyak di samping putra-putri tercinta Ya, berarti masih ada kehidupan meski mata sang raga terpejam Lalu, siapakah aku?
Akhirnya kunikmati indahnya cahaya rembulan yang sebagian terhalang oleh awan Melupakan sejenak tentang siapa aku yang telah pergi meninggalkan sang raga Berjalan seorang diri sambil berdoa menyusuri sunyinya jalan setapak Seperti mengikuti jurit malam dalam kegiatan pramuka semasa muda Ah, tetapi kali ini aku tidak berjalan... Lebih tepatnya melayang bebas bagai halimun
Awalnya aku terbang ke sana ke mari tanpa dapat kukendalikan Hingga perlahan-lahan pikiranku dapat mengarahkan tujuanku ke mana Membuatku dapat terbang seperti yang kumau tanpa hambatan Jika ini yang namanya kebahagiaan sejati, bolehkah kubungkus dan kubawa pulang? Untuk kubagikan pada bintang yang berkedip-kedip penuh gairah Dan juga pada rembulan yang sebagian cahayanya tertutup awan kelabu
Segera kuputuskan untuk pulang sesaat setelah aku bisa mengendalikan arah Dan pintu rumahku tampak tertutup rapat ketika aku sampai di halaman Meskipun tak terkunci, aku lebih memilih lewat pintu belakang Kulihat putra-putriku masih dibuai mimpi-mimpi indah Mereka memeluk mesra ragaku yang juga masih terlelap Membuatku terharu dan penuh rasa syukur malam itu
Kuarahkan pikiranku sesegera mungkin menuju kepada sang raga Sayang sekali aku dan ragaku tak dapat menyatu seperti yang kupikirkan Kucoba sekali lagi dan sekali lagi hingga aku hampir menyerah Akhirnya aku pun duduk bersimpuh, pasrah... Menatap sendu pada ragaku yang masih tidur dalam ketenangan Hingga sebuah kesadaran menampar pikiranku
Ternyata aku hanya mengaku-aku Jiwaku dan ragaku Akalku dan juga pikiranku Seolah semuanya dapat kukendalikan semauku Tetapi aku, ternyata memang hanya mengaku-aku Melupakan pemilik sejatiku
Andai kesadaran berada di awal Tentu tidak sesunyi ini malam yang seharusnya indah bagai cahaya rembulan meski dengan separuh bayang Andai kesadaran berada di awal Kesenyapan tentu tak akan semakin mencekam Entah sudah berapa lama aku bersimpuh dalam diam Menanti keajaiban untuk bisa kembali menyatu dengan ragaku
Dalam kepasrahan malam itu akhirnya kupanjatkan doa Tanpa menyisakan satu pertanyaan tentang siapakah aku yang telah meninggalkan raga Rela sudah aku jika tak lagi dapat nyawiji dengannya Bahkan andai kematian datang menyergap Karena sebagian jiwa terlalu lama terpisah dengan sang raga Lalu, ada berapakah jiwa-jiwa dalam tubuh manusia itu?
Begitu jauh pikiranku akhirnya mengembara Sampai harus kuhentikan dalam seketika Namun kelelahan tak lagi terelakkan, hingga aku jatuh tertidur dengan mudahnya Dan ketika aku terbangun, ternyata aku telah menyatu dengan sang raga Putra-putriku pun turut terbangun, kemudian memelukku semakin erat Seolah ibunya baru datang dari perjalanan yang teramat jauh
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.