18 Desember 2022 14:48Diperbarui: 18 Desember 2022 15:0027715
Aku tak lagi bersembunyi dan membenamkan wajah Di balik lumut berkilauan bagai kristal yang melekat pada batu tua Ketika titik-titik embun yang ada padanya diterpa sang fajar Di pinggir sebuah sungai yang jernih bercahaya
Aku bangkit perlahan dari persembunyianku Menatap cahaya matahari baru yang menerobos lewat celah-celah daun Menerangi keraguanku dan membebaskannya dari belenggu Kemudian mengikuti jejak yang ditinggalkan sehelai rambutku yang telah memutih pada perjalanan waktu
Perlahan namun pasti kuikuti aroma kesetiaan Yang menguar dari jejak-jejak yang tertinggal Hingga kembali kutemukan Bagian diriku yang pernah menghilang
Tertegun aku dibuatnya... Ia tampak putih berkilauan di atas sebuah batu Bersahaja di usianya yang kini telah matang Dan tidak bersembunyi seperti diriku yang dahulu
Aku pun mencoba meraihnya dengan segunung penyesalan Yang pernah membiarkannya pergi begitu saja waktu itu Perlahan-lahan kugapai ia dengan tanganku yang masih gemetar penuh keharuan Namun sebuah tangan telah meraihnya tepat di depanku
Secepat kilat kutegakkan kepalaku dan menengadah mengikuti tangan itu Tetapi sosok itu terlalu berkharisma hingga membuatku diam tak berdaya Dan di dalam genggamannya sehelai rambutku itu tampak indah berkilau Haruskah kuberanikan diri memohon padanya?
Sesungguhnya kemurnian adalah kesadaran yang ada pada jati diri manusia Yang apa adanya, biasa-biasa saja dan tak perlu bersembunyi dari dunia Kini pertemuan-pertemuan rahasia antara senyumku dan senyum batu telah tuntas Karena ia adalah bagian dari semesta raya
Perlahan kuberanikan menyadari segalanya Dan merelakan sehelai rambutku yang telah memutih itu di tangan yang tepat Setidaknya ia telah berada di genggaman penyelamatnya Membuat sebagian dari diriku dapat melesat menembus keindahannya
Akhirnya aku dapat tersenyum penuh kemenangan meskipun aku kalah Akhirnya aku bisa turut bahagia dengan melihat bagian diriku berkilau bagai kristal Menjauh dari lubang hitam dan bersinar terang menjadi bagian dari kuasar Hingga senyumku memudar bukan aku tak bahagia tetapi karena aku mulai terisap lubang hitam...
Dengan penuh kesadaran akhirnya kumasuki neraka Dengan memupuk banyak asa serta keterikatan pada dunia Namun kini semua itu dapat sekaligus kulepaskan dengan tanpa beban Setelah aku menemukan bagian diriku yang pernah menghilang
Senyumku dan senyumnya akhirnya bertemu Dan menumbuhkan bibit-bibit rindu tanpa diminta Bersama-sama kami menatap sehelai rambut yang telah memutih itu Yang berkilau bagai kristal diterpa cahaya sang fajar
Diraihnya tanganku dengan kelembutan Ditebusnya aku dari neraka dengan senyuman yang menawan Dan disatukan kembali bagian diriku yang ada di dalam genggamannya Hingga aku memiliki keberanian telanjang di hadapannya
Kini aku tak lagi bersembunyi dan membenamkan wajah Di balik lumut berkilauan bagai kristal yang melekat pada batu tua Ketika titik-titik embun yang ada padanya diterpa sang fajar Di pinggir sebuah sungai yang jernih bercahaya
Sehelai rambutku itu adalah bagian dari diriku yang murni Ia telah menuntunku untuk berani menampakkan diri pada dunia Ia memang telah sampai padanya mendahuluiku dengan tanpa pamrih Karena yang murni itu sesungguhnya datang di awal
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.