Kini tinggal reruntuhan dan luka yang terkulai.
"Nafas Terakhir Sang Bumi" terdengar dalam senyap,
Sebuah jeritan kehancuran yang tak terelakkan.
Pohon-pohon yang dulu gagah berdiri,
Kini rimbunnya tak lagi terlihat, telah pupus lenyap.
Sungai yang dulu mengalir jernih dan riang,
Kini berubah menjadi kuburan limbah dan kesedihan.
Langit yang dulu biru dan cerah,
Kini diselimuti kabut asap dan kegelapan.
Burung-burung yang dulu bernyanyi riang,
Kini hening, terlupakan dalam deru kehancuran.
Laut yang dulu memeluk pantai dengan lembut,
Kini marah, memuntahkan sampah dan racun.
Nafas terakhir sang bumi terasa semakin lemah,
Dari setiap hembusan angin yang penuh dengan tangisan.
Kita adalah penjaga, tetapi kita juga pelaku,
Merusak dan mengambil tanpa henti.
Tapi masih ada harapan dalam gelap yang menyelimuti,
Untuk merangkul perubahan, menyembuhkan luka yang kini meradang.
Mari bersama-sama, hentikan langkah kehancuran,
Sebelum nafas terakhir sang bumi benar-benar terputus.
Bersatu dalam usaha, pulihkan kehidupan yang terluka,
Agar alam bisa bernafas lega dan mengembalikan keindahan.