Mohon tunggu...
KOMENTAR
Diary

Panggillan Hidup -Pengalaman Seorang Seminaris

26 September 2024   12:20 Diperbarui: 3 Oktober 2024   11:59 47 1

     Seminari adalah tempat formatio bagi para calon imam yang ingin mendedikasikan seluruh hidupnya pada Kristus. Pada artikel kali ini, saya akan menceritakan pengalaman saya berada di seminari ini. Pertama perkenalkan nama saya Christiano Jason Lemuel Wijaya, kisah ini diawali saat saya masih duduk di bangku kelas 5 SD. Suatu saat saya mengikuti misa pada hari minggu, dan entah kenapa pada hari itu saya merasa lebih bersemangat daripada biasanya, saya merasa tertarik oleh Homili yang dibawakan oleh Romo Paroki saya dan saya merasa bahwa menjadi Romo itu adalah hal yang keren dan menakjubkan, bahwa dengan menjadi seorang Romo kita dapat mewartakan Kerajaan Allah dan mampu mengubah hidup seseorang menjadi lebih baik dengan melayaninya.

     Singkat cerita saya mendaftar ke Sekolah Seminari Mertoyudan dan diterima, hal ini adalah pengalaman yang menakjubkan bagi saya bahwa ternyata saya terpilih dan dipanggil oleh-Nya. Tidak semua orang yang mendaftar ke sekolah ini diterima, hanya yang dipanggil oleh Allah sendiri yang diterima setelah itu tergantung pada kita ingin menjalani panggilan itu atau tidak. Menurut saya sendiri panggilan Allah tidak bisa hilang, jika Allah sudah memanggil kita untuk menjadi pelayannya yang suci tak mungkin Dia membatalkannya begitu saja. Tergantung pada kita ingn menjalaninya atau tidak.


     Bapak saya selalu bilang bahwa "Panggilan itu tergantung pada kamu, hanya masalah mau atau tidak mau." Hal itu selalu menjadi prinsip dan semangat saya dalam menjalani panggilan di seminari ini. Walaupun saya belum tahu apakah saya ingin melanjutkan atau tidak, saya disini ingin mencari semangat saya dalam melayani Tuhan. Seminari menurut saya juga adalah tempat yang sangat mengembangkan diri, terbukti dengan saya yang sekarang sudah mempunyai skill baru dan menjadi lebih baik.


     Seminari sendiri mempunyai murid dari berbagai kalangan dan asal yang berbeda-beda. Hal ini mengajarkan saya bagaimana bersikap dengan orang-orang yang mempunyai perilaku dan sikap yang tidak saya temui di tempat asal saya. Mengajarkan cara hidup berkomunitas dan berelasi dengan orang-orang yang mempunyai latar belakang yang berbeda. Hal senioritas dan generalisasi orang terkait dengan rasnya juga tidak terdapat di sekolah ini yang sangat membedakannya dengan sekolah lain, bahwa hubungan antara kakak tingkat dan adik tingkatnya sama. Sekian kisah singkat tentang pengalaman saya menjadi seorang seminaris di Seminari Menengah St. Petrus Canisius Mertoyudan ini. Semoga pembaca dengan membaca kisah saya terinspirasi dan membagikan inspirasinya kepada orang lain.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun