Tiap kali tiba di perempatan itu, meski hujan sore tak begitu deras, aku selalu ingin agar lampu lalu lintas di ujung sana memendarkan warna hijaunya. Tentu bukan sekedar harapan untuk secepatnya tiba di rumah, dengan gambaran secangkir kopi panas, senyum hangat istri dan canda riang anak-anak saja. Penampakan sosok-sosok mungil, menghiba dalam gemetar, tengadah tangannya yang menggigil itulah yang dengan jujur kuakui, membuat rasaku lebih ringan menemukan alasan, menginjak pedal gas lebih keras. Namun sayang, nyala merah lebih sering mejadi jatah. Menghadirkan kebekuan dalam sesaat bimbang. Deras hujan di persimpangan. Memaksaku untuk tak begitu saja mudah menerbangkan sandera pikiran.