.
.
Ayah, aku melihatmu
Catatan kecilku melekat tinta erat
Kan ingat setiap detik kebersamaan kita
Pada masa-masa aku adalah lembar kertas putih
Engkau penggurat hitam merah kuning pelangi warnanya
Saat aku anak panah menatap bentang angkasa
Lenganmu lelah perentang  busur arah
Memahat tiap desir yang bertiup
Aku mengenangmu, Ayah
.
Tiap menitmu membentuk bias warnaku
Ketika pandang matamu tulus tertuju ke arahku
Singkirkan sejenak segala buku lalu gadget
Dan segala hitung-hitungan proyek
Mereka akan merebutmu dariku
.
Ayah, aku mengingatmu
Aku bahagia tentang senyum itu
Melagukan sabar saat ku lambat nalar
Selesaikan soal angka satu ditambah tuju
Aku mendengar untuk  mengerti
Nada marahmu bertaburkan resah
Jika aku menyakiti atau merebut
sebabkan tangis teman mainku
.
Aku melihatmu, Ayah
Ada waktu kerut keningmu gelisah
Tentang hidup yang begitu keras
.
Aku mengingatmu, Ayah
Saat teduhmu melantunkan Doa
Membuatku percaya Tuhan itu ada
.
Aku mencatatmu, Ayah
Tak sempurnamu tetap berlaku
Terkadang pun bertengkar dengan Ibu
Lalu terwujud  lagi peluk mesra itu
.
Kau lekat dalam tiap lembar buku tulisku
Pada putaran dentang yang berlalu
Bersamamu bukan tentang banyaknya waktu
Namun adalah tulusnya pandang matamu
.
Ayah,..
Kau adalah guru terdekatku
Aku memandangmu..
.
.
C.S.