[Aku membutuhkan hari-hari untuk lari dari segala simpul yang menjadikanku seperti manusia linglung ini. Entah apa yang ingin meledak, rasanya ingin berteriak kencang di lembah yang paling dalam, hingga gaungnya memantul bersahutan. Atau tertawa sebahak-bahaknya sampai serak dan mengalirkan panasnya air mata.
Sintingnya aku, hingga Linda, sekretaris manisku yang rajin bekerja ini harus menjadi korban gundahku.
“ Linda!..kesini kamu!”
Gadis mungil ini dengan gesit dan agak tergopoh datang karena teriakan kerasku.
“ Iya, Pak.., ada apa?”
“ Kamu sudah punya pacar?”
“ Be..belum, Pak. Ke..kenapa?”
“ Sebentar lagi, aku datang melamarmu! Kamu harus mau, okay!”
Linda pun sekejap pias, terkesiap dalam kejut dan cengang.
“ Mak..sud, Pak Surya?..Ba.., bapak kenapa, sih..?”
“ Hahahahahaha...., sorry..sorry, bercanda. Buatkan aku surat cuti!”
“ Be..berapa hari, Pak?”
“ Terserah kamu...!”
Lalu aku gegas beranjak pergi, aku tahu Linda mematung bingung dengan perintahku yang tak jelas juntrungannya. Yang jelas aku ingin segera pergi sekarang, tapi tak tahu hendak kemana. Satu hal yang pasti, ingin menghilangkan bayangan wajah Anita yang mungkin sekarang mengerang kesakitan karena tiba saatnya melahirkan. Bukan anakku yang ia perjuangkan! Itu anak Roland!