Selama ini istilah "ngoko" dan "kromo" untuk membedakan kepantasan kepada siapa kita bertutur ( baik lisan ataupun tulisan ) telah lazim dikenal dalam bahasa jawa. Untuk bahasa daerah lain juga ada, meski saya tak tahu persis sebutannya apa. Contohnya bahasa Sunda, dikenal pula strata bertutur untuk membedakan pilihan kata yang bermakna "halus" atau "kasar" sejenis "kromo" dan "ngoko" itu tadi, terutama untuk menyesuaikan diri dari segi kepantasan/ kesopanan terkait kepada siapa kita berkomunikasi. Dalam bahasa jawa malah lebih njimet karena masih dibagi lagi dalam level yang kalau tak salah ada "ngoko lugu", "ngoko alus", "kromo lugu" dan juga "kromo inggil" yang saya sendiri terus terang sebagai “wong jowo” pun sampai sekarang masih “gelagapan” menggunakannya dengan benar.