Malam ini, aku tak menghiraukan lagi panggilan ibu dari ruang tengah. Dokumen-dokumen yang terhampar di meja itu sebelumnya telah membuatku membatu dan bisu. Seharusnya aku gembira karena di sana telah tertulis jelas nama-namaku sebagai pewaris harta peninggalan almarhum ayah. Rumah besar di tengah ibu kota dan berserak lagi bukti-bukti kepemilikan ada. Semua telah dibalik nama atasku. Entah mengapa aku begitu muak dengan senyum ibu yang tampak sumringah merengkuhnya.