Bang Brewok menepuk bahuku perlahan", Apa yang tengah kamu lakukan padanya, dik?
Betapa kesalnya, Dia selalu saja menatapku dengan senyum kasih itu. " Bang! dia itu penuh dosa. Mencuri uang rakyat, melacur dan pembohong besar!"
Masih saja Dia tersenyum", Kata siapa?"
" Kata kami semua! Banyak bukti yang menguatkan!"
" Hm, lalu hendak kalian apakan?"
" Harus dihukum seberat-beratnya, harus di permalukan!"
" Dik, dengar, jika kau masih ingin Aku menjadi Saudaramu, endapkan riuhmu!"
" Memangnya kenapa Bang?"
" Ingat, Aku pernah berkata itu, jika kau tak pernah melakukan apa yang kalian tuduhkan, kau berhak memilih dan melemparkan batu pertama itu padanya"
" Ah, Kau menyindirku lagi. Lalu harus bagaimana?"
" Percayakan urusan ini pada yang kalian anggap sebagai wakilKU di sini. Jika mereka sama saja dengan engkau tadi, biarlah menunggu nanti hari penghakimanKU yang akan tiba seperti pencuri "
" Oh, baiklah jika begitu Bang. Trims, Kau selalu ingatkan aku"
" Sama-sama, Dik. Jangan lupa berkaca, kumismu sudah saatnya dirapikan"
"Ah, Kau ini Bang, mentang-mentang brewokMu kerennya namber wan"
"Hahahaha..."
Aku sangat suka, saat hadirNya kurasa dan Kami selalu tertawa bersama.
.
.
C.S.