Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Dua Hari Lagi, Mengenang Pak Sarwo Edhie

7 November 2011   11:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:57 2434 0
[caption id="attachment_140688" align="aligncenter" width="285" caption="Sarwo Edhie Wibowo. Pic from idwikipedia"][/caption] Setelah beberapa waktu lalu kita mengenang hari kesaktian Pancasila, dengan polemik G30S-nya. Dan tanggal 28 Oktober kemarin lalu, kita bergegap gempita dengan peringatan hari Sumpah Pemuda. Tentu saja dengan segala penyikapannya. Kali ini Saya tergerak mengenang kembali jasa seseorang. Seorang yang menurut Saya pantas dianggap  pahlawan. Kesamaan asal tempat kelahiran, membuat Saya serasa memiliki dan bangga kepadanya. Beliau adalah salah satu pahlawanku yang juga lahir di Purworejo, Jawa Tengah. Namanya tak jauh dari kenangan tentang kesaktian Pancasila. Sejarah mencatat pula bahwa ia adalah salah satu ujung tombak penyelamat negara. Dari kehancuran karena "kudeta" yang menurut sejarah dilakukan oleh PKI (Partai Komunis Indonesia). Siapa lagi kalau bukan Alm. Jenderal Sarwo Edhie Wibowo, mantan Panglima RPKAD (Kopassus) masa itu. Sejak kecil, bahkan sejak beliau masih hidup, Saya sudah tahu bahwa kami punya pahlawan. Yaitu Pak Sarwo Edhie Wibowo. Dari buku pelajaran PSPB (Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa), yang sekarang terus dipermasalahkan intervensi opini dari sang penguasa tempo dulu, Saya mengenalnya. Meski banyak kontroversi tentang buku-buku sejarah masa lalu, namun untuk peran Sarwo Edhie Wibowo, setahuku belum ada gugatan tentang kebenarannya. Justru, lebih pantas jika peran-perannya haruslah lebih diangkat ke permukaan. Disamping dari buku pelajaran SD itu, Saya merasa "dekat" dengan beliau ini, karena bermain dengan teman kecil yang "setahu saya" adalah keluarga dari Pahlawan yang satu ini. Nama teman kecil yang kumaksud itu adalah "Ruli" dan kakaknya, "Yopi". Saya tak inget nama lengkap mereka. Ruli sebaya dengan saya, sedangkan Yopi seumur kakak tertua Saya (lahir tahun 1972). Ruli dan Yopi adalah anak dari Ibu Yuliana, sedangkan nama bapaknya, aku lupa, yang kuingat sang bapak bekerja di Pemda. Mengenai hubungan darah mereka dengan Pak Sarwo, tentu saja Saya kurang tahu persis. Yang jelas, mereka menghuni rumah keluarga/tempat kelahiran Pak Sarwo Edhie ini. Saya ingat, dirumah ini ibuku sering berkunjung. Karena Ibu dari Ruli dan Yopi membuka salon di sini, namanya "Yuliana Salon". Dan ibu saya sering potong rambut atau keriting di sana. Kehidupan mereka pun biasa saja. Tidak kekurangan, juga tidak kaya. Ruli dan Yopi pun, bermain dengan kami tanpa kasta. Adu kelereng, mengejar layang-layang dan juga memancing belut bersama. Yang kuingat pula, waktu SD, Ruli pernah tidak naik ke kelas dua. Dan jadinya dia belajar sekelas dengan adik saya. Jika anda masih kurang percaya. Silahkan anda cek kebenarannya. Siapa tahu, ingatan masa kecil saya ini hanya keliru belaka, atau salah sangka. Rumah keluarga Pak Sarwo Edhie waktu kecil itu, terletak di Jalan Brigjen Katamso, atau lebih dikenal dengan Jalan Yogya. Jika anda berkunjung ke Purworejo, silahkan anda mengamatinya. Letaknya kurang lebih 1 km ke arah selatan dari bundaran Patung Perjuangan di tengah kota. Dikiri jalan, anda akan menemukan Kantor BRI Unit Pangenrejo, setelah berselang sebuah Gang, anda akan melihat rumah itu. Di belakang rumah itu sepertinya sekarang terdapat rumah praktek seorang bidan, dapat dilalui melewati gang tersebut. Gang yang jika disusuri akan mengantar kita menuju sebuah komplek pemakaman, dan jika diteruskan akan sampai pada tepian sungai, sungai Bogowonto yang cukup tenar di Purworejo. Bahkan nama sungai ini sekarang menjadi nama sebuah kereta ekonomi AC. Yaitu kereta Bogowonto.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun