Bayangkan sebuah desa kecil di pelosok negeri, tempat di mana bank-bank besar dengan bangunan megah dan kaca mengilap hanya ada dalam imajinasi. Di sana, transaksi keuangan sering kali dilakukan dengan cara tradisional—utang dari tetangga, tabungan di bawah bantal, atau barter hasil kebun. Bagi sebagian besar penduduk, akses terhadap layanan keuangan formal adalah kemewahan yang jauh dari jangkauan. Nah, di tengah keterbatasan itu, hadir sebuah solusi lokal yang akarnya tak sekadar ekonomi, tetapi juga kepercayaan dan kebersamaan: Baitul Maal wa Tamwil (BMT).
KEMBALI KE ARTIKEL