Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan Pilihan

Berhenti Mengejar Matahari

23 Januari 2014   10:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:33 119 6
Pagi yang cerah, saat kubuka jendela rumah. Angin segar dan aroma bunga melati yang tumbuh di halaman, menyambutku. Suasana sejuk yang lama tidak aku jumpai lagi. Aku melangkah bertelanjang kaki di antara rerumputan basah berembun dan hamparan batu kerikil yang memijat lembut kakiku. Nun jauh di sana, terdengar suara gemericik air sungai yang mengalir di perbatasan desa dan tepian hutan bambu. Kulihat seekor tupai memanjat batang kayu pohon jati tinggi besar. Sementara suara burung saling bersahut-sahutan, menggema di antara hijaunya pepohonan dan rumpun bambu yang bergesekan tertiup angin. Lembut. Perlahan. Seperti sebuah adegan film slow motion. Aku melompat ke sebuah batu besar di tepi sungai. Airnya jernih seperti dulu saat terakhir aku pulang. Itu karena hutan desa yang masih terjaga hingga saat ini. Kali ini aku melepas bajuku. Aku ingin membiarkan angin sejuk mengusap dan membelai kulitku. Aku ingin membiarkan sinar matahari pagi menyapa dan menghangatkan ragaku. Ya. Matahari pagi yang selalu aku nantikan dan rindukan.

berharap malam segera berlalu tak sabar bersua kilauan embun esok pagi yang bergelayut manja di pucuk ilalang dan rerumputan serta hangatnya sinar mentari pagi
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun