Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan

Ampun Pak, Bokong Saya Jangan Diapa-apain

27 April 2012   03:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:03 577 1
Lega rasanya saat Saya dan keluarga telah melaksanakan program E-KTP yang digulirkan pemerintah. Sebelumnya datang surat undangan dari kantor Kecamatan melalui Pak RT yang berisi jadwal pembuatan E-KTP. Sesuai dengan KK, hanya saya dan istri saja yang berhak untuk membuat E-KTP. Beruntung saya mendapatkan jadwal pagi hari sebelum acara ke kantor. Lagipula  saya hanya mau difoto untuk KTP di pagi hari. Kata istri saya, wajah saja lebih segar dan bercahaya di pagi hari. Sedangkan kalau di malam hari saya khawatir senyum manis saat difoto berubah menjadi senyum menyeringai dengan tambahan gigi ala drakula. Lebih beruntung lagi, waktu antrian pembuatan E-KTP di Kecamatan Gedangan Sidoarjo tidak begitu lama. Setelah menunggu 15 menit, petugas kecamatan memanggil nomer antrian yang saya pegang. Setalah proses validasi formulir dan KTP lama, sayapun diminta duduk di sebuah kursi yang menghadap ke kamera digital yang terhubung ke komputer. Dalam hitungan detik, wajah tampan saya sudah tersimpan di database E-KTP. Berikutnya pengambilan sidik jari yang ternyata harus semua jari tangan dengan berbagai pola dan urutan. Saya sempat khawatir bila mereka meminta saya membuka sepatu untuk memindai jari kaki. Pasalnya kaos kaki saya bolong di daerah jempol. Bagi sebagian orang, itu merupakan aib. Namun bagi diri saya pribadi, hal tersebut berbahaya. Karena justru kesaktian saya terletak di kaos kaki bolong tersebut. Bila sampai harus dibuka di depan umum, saya khawatir mereka yang ada di ruangan tersebut jatuh pingsan karena tidak sanggup mencium baunya. Terakhir, saya diminta melotot pada sebuah kacamata (google) yang berfungsi untuk memindai retina mata. Lebih dari dua kali petugas meminta saya membuka mata lebar-lebar. Sayapun mencoba mencoba melotot agar retina mata bisa dipindai dengan baik.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun