Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Saya Bertanya, A. Fuadi Menjawab di BlogshopN5M

18 Maret 2012   03:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:53 132 1
Ketika sebuah novel disetujui untuk difilmkan, maka sebenarnya penulis novel tidak memiliki kekuasaan penuh atas karya film tersebut. Karena itu mutlak dalam penguasaan orang-orang film.  Kemudian beliau menyebutkan ada 3 proses bagaimana sebuah novel difilmkan. Yang pertama novel dituliskan dalam format skenario film. Kedua skenario diterjemahkan menjadi adegan dalam proses pengambilan gambar. Dan yang ketiga, adanya proses editing film di studi dari semua adegan yang telah diambil di lokasi. Begitu panjangnya proses sebuah novel menjadi film sehingga sangat mungkin filmnya tidak akan sama dengan novelnya. Bahkan tidak semua isi novel dapat dimasukkan ke dalam film mengingat keterbatasan waktu dalam film. Menurut beliau, jika ingin panjang ya dibuat dalam sinetron yang berseri-seri ala Tersanjung 1, tersanjung 2, dan seterusnya. :) A. Fuadi sendiri terlibat dalam pembuatan film N5M, mulai dari penulisan skenario, penagambilan gambar hingga proses editing. Namun tentu saja penulis tidak berkuasa penuh, karena itu wilayah kekuasaan sutradara film. Di skenario, adegan meroko tersebut tidak ada, namun saat pengambilan gambar dan kebetulan beliau tidak bisa mendampingi terus, ternyata adegan merokok tersebut diambil cukup panjang. Yang ditampilkan di film itu sudah dipotong habis-habisan, walau masih tetap durasi asap rokoknya memenuhi sekian detik dari tampilan film. Dalam hal ini beliau mengaku 'kecolongan' dengan adegan merokok tersebut. Memang cukup banyak pembaca novel yang kecewa saat menonton film, karena di film alur ceritanya tidak sekuat di novel.  Beliau menegaskan bahwa karya film tidak bisa dibandingkan dengan novel. Ibarat novel itu jeruk dan film itu apel, jadi tidak bisa membandingkan apel dan jeruk. Namun esensi antara apel dan jeruk sama, yaitu sama-sama mengandung vitamin. Demikian juga dengan film dan novel N5M. Keduanya sama-sama menyampaikan pesan dan semangat 'Man Jadda Wajada'. Demikian jawaban dari A. Fuadi atas pertanyaan saya. Dari jawaban tersebut, saya bisa lebih memahami posisi seorang penulis ketika sebuah karya tulisnya difilmkan dan proses pembuatannya yang ternyata cukup komplek karena melibatkan banyak orang dan pekerjaan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun