Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Tragedi Nasi Kuning

6 Januari 2012   18:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:14 330 0
Thanks God, pagi ini saya bagun pagi dengan kesegaran yang luar biasa. Sepertinya istirahatku tadi malam benar-benar membuat stamina tubuhku dalam posisi prima, siap untuk bekerja kembali hari ini. Mencari nafkah untuk anak dan istri sebagai bagian dari ibadah dengan mengharapkan ridho ilahi. Kata pak ustad sih memang bekerja itu bukan untuk mencari uang, tetapi harus diniatkan lebih mulia dan tinggi dari sekedar materi. Uang atau upah itu otomatis menyertai usaha kita dengan niat ibadah. Sehingga bekerja akan lebih sungguh-sungguh tidak dengan mengukur uang yang diterima. Ikhlas... Setelah sarapan nasi goreng + telur mata sapi lengkap dengan segelas susu coklat kegemaranku sejak kecil, saya melangkah menuju teras depan rumah untuk meluncur ke kantor menggunakan motor matic warna putih milik istri. Istri tercinta so pasti dan anak-anak yang sedang libur sekolah mengantarkanku ke depan pintu gerbang. Saya meluncur menyusuri jalan perumahan menuju jalan desa yang merupakan pematang saluran irigasi. Sampai di palang pintu kereta api, saya berbelok ke kanan ke arah Surabaya. Udara masih sangat segar pagi ini. Jalananpun tidak begitu ramai karena murid-murid sekolah dasar dan menengah sedang menikmati libur panjang mereka. Oh, sungguh terasa nyaman hidup ini bila setiap hari bebas dari kemacetan lalu lintas. Apa jadinya bila mobil nasional yang murah meriah dijual bak kacang goreng, pasti jalan raya menjadi padat merayap, bahkan berjalan kaki pasti lebih cepat dari naik mobil. Di depan saya lihat sebuah truk tangki warna orange jalan melambat. Saat menyalipnya, tercium bau tak sedap yang merusak aroma nasi goreng sarapan pagi ini. Walaupun aroma tersebut sudah terbiasa tercium setiap pagi, tapi rasanya tetap saja kurang enak di hati. Mungkin kasusnya sama dengan saat kita mencium kentut. Kentut orang lain pasti lebih bikin mual daripada kentut sendiri. Kok bisa ya? Pasti karena kita sudah tervaksinasi oleh kentut kita sendiri. [caption id="" align="alignright" width="300" caption="Courtesy of sedottinja.blogdetik.com"][/caption] Setelah menyalip truk tinja tersebut, tampak di kejauhan lampu lalu lintas di perempatan menyala hijau. Sayapun memacu motor lebih laju agar tidak perlu tertahan di lampu merah. Namun sekitar 50 meter dari perempatan, lampu hijau telah berubah menjadi lampu kuning dan dengan cepat berubah menjadi warna merah. Saya memperlambat laju motor dan berhenti persis di garis putih sebelum area tempat penyebrang jalan. Di kiri kanan saya juga berjajar beberapa motor dan mobil. Rupanya mereka juga pegaai kantoran yang harus masuk kerja jam 8 pagi. Terdengar mesin truk dibelakang saya. Rupanya truk tanki tinja tadi sudah sampai juga menyusul di belakang saya. Semua orang tampak konsentrasi memperhatikan perubahan lampu merah. Saya sendiri lebih senang memperhatikan pergerakan arus kendaraan dari satu jalan ke jalan yang lain. Walau jalanan  lancar, namun jumlah motor dan mobil cukup banyak juga pagi ini. Tampak juga sebuah warung nasi  sedang ramai dikunjungi. Di banner yang terbuat dari vinyl, warung sederhana tersebut berjualan nasi pecel, rawon, nasi kuning dan beberapa jenis makanan khas jawa lainnya. Untung saya sudah sarapan dari rumah. Kalau tidak pasti saya mampir untuk sarapan rawon lengkap dengan telor asinnya. sebelah kiri dari warung tersebut, sebuah toko kelontong juga telah buka. Di depan toko tersebut, tampak seorang ibu beramput lurus berponi sedang menuntun anaknya berusia sekitar 6 tahun. Si anak rupanya sedang menikmati makan es krim berbentuk cone yang dibelinya dari toko kelontong tersebut. Haduh, pagi-pagi kok makan es krim ya. Kalau anak saya, pasti saya tidak ijinkan makan es krim sebelum dia sarapan terlebih dahulu. Oh.. sungguh pagi yang indah dan sempurna. Semua orang tampak ceria dengan hidupnya masing-masing. Tiba-tiba saya melihat sebuah motor yang dikendarai seorang pemuda tanggung terpeleset di jalan sebelah kanan saya. Rupanya pemuda tersebut sengaja memacu motornya untuk menghindari jebakan lampu merah. Namun karena jalan raya yang licin bekas hujan tadi malam, ban motor pemuda tersebut tergelincir saat berbelok menikung ke kanan. Braak.... benturanpun terjadi. Sepeda motor tersebut menghantam sebuah mobil box milik toko retail terbesar di Indonesia. Seketika mobil tersebut berhenti dengan suara ban berdecit. Lebih parahnya lagi, sebuah truk tangki berwarna orange meluncur cepat dari arah berlawanan. Rupanya si pengemudi terkejut dan tidak sempat mengantisipasi kejadian kecelakaan tersebut. Beruntung si sopir cukup cekatan dengan membanting stir ke kanan menuju ke arah rel kereta api, sehingga tidak sampai menabrak mobil box dan menggilas si pemuda yang jatuh di tengah jalan. Truk tanki warna orange tersebut akhirnya menabrak beton membatas jalan dan rel kereta api. Si sopir selamat. Namun tangki orangenya pecah pada sepertiga bagian dari belakang. Rupanya tangki tersebut berisi penuh cairang kuning yang diangkutnya. Cairan tersebut tumpah memenuhi jalan. Sebagian muncrat menyebar ke segala arah saat terjadi benturan kedua. Oh my god... truk itu... truk itu... sebuah truk tanki tinja berisi penuh! Kejadian tersebut seperti sebuah film slow motion. Semua tergambar pelan adegan demi adegan. Termasuk saat cairann yang tumbah tersebut berterbangan mengenai orang-orang dan benda apa saja yang ada di sekitarnya. Saya lihat sebagian mengenai warung makanan yang menjual pecel tadi bercampur dengan bumbunya. Rombong soto dan penjulnya di dekat rel kereta api juga tak luput dari muncratan cairan kuning tersebut. Termasuk juga es kream cone yang dipegang oleh si anak yang berdiri di depan toko bersama ibunya. Sedangkan ibunya sudah barang tentu terkena cairan kuning pada wajah dan rambutnya. Beberapa pengendara motor yang baru saja tiba dan tidak memperhatikan kejadian tersebut tampak meluncur diantara jalan yang tersiram cairan kuning. Akibatnya dapat di tebak, cairang itu terbawa kemana-mana oleh roda kendaraan yang melewatinya. Seluruh area perempatan menjadi basah dan berwarna kekuningan. Roda-roda motor dan mobil yang melewatinya tampak menebal seperti terbungkus oleh lumpur berwarna kuning. Namun anehnya tak satupun dari orang-orang tersebut yang terusik oleh cairan kuning yang sekarang  menempel di mana-mana. Tin...tin... Tiba-tiba suara klakson mobil mengejutkanku. Rupanya truk tanki tinja warna orange yang ada di belakangku tadi memberi isyarat untuk jalan karena lampu lalu lintas sudah berwarna hijau. Pengendara sepeda motor yang ada disamping kiri dan kananku ternyata juga sudah meluncur terlebih dahulu di depan. Rupanya tadi saya terbawa lamunan tentang truk tinja yang tangkinya pecah dan menyemburkan isi tangkinya. Uh beruntung ini hanya lamunan. Jika terjadi beneran, pasti akan menjadi sebuah tragedi nasi kuning, bagi pemilik dan pengunjung warung tadi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun