Demikian diungkapkan Kepala Dinas Perhubungan Daerah (Dishubda) Kota Blitar, Drs. RH. Soeryono, MM. Dia melanjutkan, pematangan program ini perlu dilakukan mengingat bahwa program angkot gratis ini telah menjadi agenda Pemkot Blitar dengan mengacu pada kontrak politik kepala daerah.
Program ini memang telah dicanangkan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Blitar beberapa waktu lalu, hampir bersamaan dengan pencanangan program rintisan sekolah gratis. Jika tadinya program ini ditujukan untuk para pelajar guna mendukung program rintisan sekolah gratis, kini malah akan dikembangkan dengan sasaran seluruh masyarakat Kota Blitar, jelasnya.
Berkaitan dengan itu pula, imbuh Kepala Dishubda Kota Blitar, saat ini tengah dirancang mekanisme pelaksanaan program ini secara teknis. Adapun bentuk kompensasi yang akan diberikan kepada para penyedia jasa layanan angkot, termasuk supir dan pengusahanya, telah disepakati dalam bentuk subsidi.
Bahkan, beberapa waktu lalu, Paguyuban Angkot Kota Blitar telah mengajukan proposal mengenai masalah ini kepada Wali Kota Blitar. Isinya, jika program angkot gratis ini terealisasi, masing-masing supir angkot meminta subsidi sekitar Rp 40.000 per hari atau naik Rp 5.000 dari yang disepakati beberapa waktu lalu sekitar Rp 35.000 per hari, terangnya.
Kepala Dishubda Kota Blitar menambahkan, kenaikan alokasi ini menjadi wajar, jika melihat ada inisiatif dari para supir angkot untuk mengantar jemput dari rumah ke sekolah, demikian juga pada saat pulang sekolah bagi para pelajar Kota Blitar. Tetapi, persetujuan inisiatif itu, tetap berada di tangan Pemkot Blitar.
Khusus untuk pelajar pula, akan dilaksanakan kerja sama antara Paguyuban Angkot Kota Blitar dengan Dinas Pendidikan Daerah Kota Blitar, dengan menerbitkan kartu free pass. Sementara, untuk masyarakat Kota Blitar secara keseluruhan, masih dirumuskan, termasuk pula berkaitan dengan alokasi anggarannya, pungkasnya.
Namun sayang, program pemkot Blitar tersebut selain membantu para pelajar. Program tersebut ternyata kurang efektif dan terkesan menghamburkan anggaran. Pasalnya beberapa Angkutan Kota Maupun Bus Kota Gratis berlabel Kota Blitar tersebut sering terlihat sepi. Selain jalurnya kurang menyebar, jam keberangkatan bus pun juga sering terlambat dan tidak sama dengan jam masuk setiap sekolah. Sehingga bus yang tujuan utamanya adalah pelajar, wajar jika pelajar lebih memilih kendaraan pribadi daripada angkutan kota yang gratis.