Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Prof. Dr. Sayyid Muhammad Al-Maliki di Mata Seorang Murid

18 Juli 2012   00:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:51 119 1

Meskipun belum pernah bertatap muka secara langsung, namun saya memutuskan untuk menggambarkan tokoh mulia ini ke dalam  postingan saya . Mohon ma’af bila ada salah satu pihak yang merasa kurang atau tidak sesuai atas diskribsi saya ini, karena penjelasan berikut hanya berdasarkan berbagai referensi yang saya baca di internet, penjelasan dari guru saya yang merupakan murid beliau selama enam tahun di Mekkah, dan berbagai foto yang pernah saya lihat secara langsung, baik dari internet ataupun dari kediaman guru saya.

Awal mula saya mengetahui sosok manusia luhur ini ketika saya sedang mengikuti ta’lim di kediaman Habib Ahmad yang juga merupakan murid Sayyid Maliki, ketika baru memasuki kediaman beliau, penglihatan saya langsung tertuju kepada foto yang terpajang indah di ruang tamu, dalam foto itu terlihat dua orang yang sedang duduk berdiskusi, namun kala itu saya hanya mengetahui bahwa salah seorang dalam foto itu adalah Habib Ahmad, namun yang berada di sebelahnya terlihat begitu asing bagi saya.

Setelah beberapa kali saya mengikuti ta’lim, barulah pertanyaan seputar sosok di samping Habib Ahmad dalam foto itu terpecahkan, beliau adalah Prof. Dr. Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki, seorang keturunan bani alawiyyin yang bernasab sampai Imam Hasan bin Fatimah binti Rasulillah Muhammad SAW. Beliau pada saat di foto itu terlihat begitu tampan, dengan jenggot lebat yang menghiasi dagunya, memakai kaca mata, dan berambut bergelombang keriting yang terlihat sedikit panjang.

Dalam penjelasan selanjutnya Habib Ahmad bercerita bahwa beliau adalah sosok guru yang begitu memperhatikan semua murid-muridnya. Hingga saat Habib Ahmad telah selesai menimbah ilmu dari beliau, Sayyid Maliki sendiri yang mengantarkannya dari Mekkah Al Munawaroh sampai ke rumah Habib Ahmad, di kota Bangil. Pernah suatu saat Sayyid Maliki mengajak para santrinya untuk jalan-jalan ke luar area pondok, namun Sayyid Maliki hanya mengajak para santri yang terlihat rupawan,putih,tinggi dan gagah. Sehingga menimbulkan suatu kecemburuan sosial terhadap santri lain, persepsi kurang baik dari santri lain pun akhirnya sampai kepada salah seorang hartawan di kota itu.

Orang itupun lantas mencoba menanyakan secara langsung kepada Sayyid Maliki, dengan tenang Sayyid Maliki menjawab bahwa alasan beliau terhadap tindakan itu adalah karena beliau ingin memperkenalkan ke masyarakat, terlebih kepada orang kafir agar mereka segan terhadap kekuatan orang islam yang kokoh dan tampan rupawan. Selain itu Habib Ahmad juga pernah bercerita bahwa, Sayyid Maliki jika hendak pergi ke suatu tempat, beliau selalu memakai pakaian putih yang indah, menyisir rambut dengan rapi, memakai serban dan minyak wangi, ini semata-mata bukan untuk kesombongan, namun karena untuk meniru ahlak dari Rasulullah SAW yang begitu menyukai keindahan.

Dan cerita terakhir dari Habib Ahmad tentang gurunya ini adalah ketika sehabis ta’lim, beliau melayani Sayyid Maliki dengan mendekat dan memberikan minum, seraya beliau ingin mengajukan sebuah pertanyaan, namun belum sempat pertanyaan itu terlontar, Sayyid Maliki keburu menjawabnya, inti dari pertanyaan itu bahwa Habib Ahmad terlihat begitu kagum dengan penjelasan Sayyid Maliki dalam menjelaskan sebuah ilmu dalam ta’lim tadi, padahal Habib Ahmad melihat bahwa Sayyid Maliki tidak membaca sesuatu pun di malam harinya.Sayyid Maliki pun menjawab bahwa apa yang tadi beliau jelaskan adalah hasil pemberian dari gurunya yang beliau temui di dalam alam mimpi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun