Seandainya ada seseorang yang hendak bunuh diri (mungkin) karena merasa sudah tidak ada jalan keluar dan tidak ada orang yang bisa diajak berbicara. Saya menulis dari sisi seorang manusia yang juga pernah menjadi abg (ratusan tahun yang lalu) dan juga skarang dengan profesi sebagai ibu. Sebagai (mantan) abg, ada banyak masalah mulai dari cowok, tugas sekolah, pergaulan sosial dan tidak jarang problem dirumah. Saat ada masalah dan tidak bisa menceritakan keorang-orang terdekat rasanya dunia begitu rumit tidak nyaman sesak dan menyebalkan. Dari sisi sebagai orang tua kadang merasa kesal saat anak-anak susah diberi pengertian dijelaskan bahkan sampai dengan teriak-teriak. Tapi saat mendengar seorang anak dengan harapan hidup yang begitu besar dan jiwa yang seharusnya sedang berkembang dengan indahnya tiba-tiba terputus dari jalinan kehidupan dari orang-orang yang pernah (dan selalu) menyayanginya... dada terasa sesak dan berjuta tanya muncul...
Sudah cukupkah kasihku pada anak-anakku? Apakah aku ortu yang cukup baik untuk mereka? Apakah mereka bisa dan berani untuk mengungkapkan permasalahan yang mereka hadapi padaku? Mampukah mereka bercerita dengan santai seperti sahabat, teman? Atau terlalu keras dan egoiskah diriku? Sebagai orangtua, sudahkah aku menunjukkan keterbukaan untuk menjadi tempat bertanya dan mencari jawaban? Sudahkah aku berkembang lebih jauh mengikuti arah perkembangan emosional seorang anak? Orangtua macam apakah aku, kolot atau sesuai dengan kebutuhan anak2? Sudah cukupkah doa yang kupanjatkan untuk menjaga dan membimbing setiap langkah mereka?
Semoga jawaban atas sejuta tanyaku akan membawaku pada bermillyar tanya yang lain untuk membantu menghadapi perkembangan dan pertumbuhan mereka disetiap masa......