Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Rekam Mata Si Bocah Teka

15 April 2011   12:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:46 73 1
Ada yang menggelitik fikiran saya pagi ini. Sibungsu, yang masih sekolah TK B dan gemar banget ngikuti berita teve selama beberapa hari terakhir, lagi-lagi mengajukan pertanyaan yang sulit saya jawab. "Ma, Malinda (maksudnya Malinda Dee Siseksi pembobol City Bank) itu kan penjahat .. kok pulangnya (pasca pemeriksaan) enggak pakai mobil polisi (maksudnya mobil tahanan). Nanti kalau melarikan diri bagaimana? Yok opo se pak polisi iki?!" tanyanya gusar. Butuh waktu untuk menjawab pertanyaan sederhana dari sikecil. Sama seperti pertanyaan-pertanyaan sebelumnya yang seringkali membuat saya terbata menjawabnya. Apalagi beberapa hari sebelumnya dia juga mengajukan pertanyaan senada yang juga tak mudah saya jawab. Pertanyaannya saat itu, "kenapa Pak Ustadz (maksudnya Abu Bakar Baasyir) kok dibawa mobil tank polisi ya ma? Kan sudah tua ... kasihan .." tanyanya waktu itu. Namun sebelum saya jawab, tiba-tiba dia sudah menjawab kegusarannya sendiri. Bahkan terkesan 'lebih tahu' soal berita persidangan Baasyir dibandingkan saya. "Oh pak polisi takut pak ustadz bikin bom ma .. itu teroris ma .. makanya mobilnya tebal, dari besi, biar tidak bisa melarikan diri .."terangnya kepada saya. Lega .. meski tak benar-benar amat, ya cukuplah untuk menutup 'ketidaksiapan' saya atas pertanyaan itu. Begitu juga ketika kasus video mesum Ariel-Luna Maya banyak diberitakan beberapa waktu lalu. wajah polos anak saya kelihatan bertanya-tanya. Pasalnya, dia -saat itu, ngefans berat sama Ariel. Setiap kali orang bertanya gantengnya kayak siapa, dia pasti jawab kayak Ariel Peterpan (maaf .. ayahnya gak boleh protes). "Ma, kenapa Ariel dipenjara?" tanyanya heran. Memang sederhana, sangat sederhana pertanyaan demi pertanyaan itu. Namun mampu membuat saya tersadar .. ada tanggungjawab lain yang harus diemban seorang ibu. Bukan hanya sekedar berjuang untuk memfasilitasi pencapaian hidup anak-anaknya kelak. Bukan juga hanya sekedar mampu menerjemahkan keinginannya,meninabobokannya tiap menjelang tidur, memanjatkan do'a terbaik, menyayangi, membimbing, merawat sang buah hati agar bertumbuhkembang menjadi manusia yang bermartabat, berakhlak baik dan berguna. Tapi seorang ibu-terutama ibu 'masa kini' yang hidup di era keterbukaan teknologi informasi- juga memiliki tanggungjawab besar untuk memiliki kecepatan berfikir. Agar bisa serta merta menjelaskan dengan bijak setiap permasalahan hidup yang terjadi di lingkungan sekitar anak, sebagaimana yang mereka rekam dari lensa mata dan pendengarannya. Sebab, bila kita salah atau tak acuh menjawab, bisa jadi jawaban itu juga yang senantiasa akan terpatri di benak sang anak. Menjadi prasasti yang bakal dijadikan pijakan dalam menjalani fase kehidupannya ke depan. Apa jadinya bila untuk sebuah pertanyaan tentang seorang koruptor, tiba-tiba saya menjawabnya dengan asal-asalan. Misalnya begini: "Makanya nanti kalau besar jadi pejabat saja nak .. biar bisa korupsi ..biar kaya. Kalau udah kaya .. dosa-dosanya kan bisa hapus tuh kalau kita banyak-banyak kasih uang pada anak yatim. Tuhan maha pengampun.. kita minta ampun supaya dihapus dosa-dosanya di depan Ka'bah ...". Simpel, realistis ....tapi ... Naudzubillah .. Dibanding pertanyaan soal koruptor atawa perbedaan perlakuan polisi terhadap Malinda dan Baasyir, soal Ariel yang dipenjara masih cukup mudah bagi saya menjawabnya. "Itu karena Ariel ngliatin auratnya di depan temannya dan banyak orang. Itu nggak boleh nak .. pak polisi nggak suka, orang-orang nggak suka, Tuhan juga nggak suka orang yang mengumbar aurat ..."jawabku kala itu yang disambut ekspresi tanda mengerti dari anak saya. Setelah itu, tanpa saya minta, Ariel bukan lagi jadi idolanya. Kini dia mulai menyukai penampilan cool Morgan SM*SH si bintang boyband yang lagi ngetren. Lain lagi soal Malinda, saya hanya mengatakan bila Malinda masih diperiksa, ditanya-tanya sama pak polisi, makanya belum 'diangkut' pakai mobil tahanan. Diapun mengangguk-angguk, entah paham entah tidak dengan jawaban saya. Tapi anggukan di kepalanya, setidaknya membuat saya bernafas lega. Pasalnya .. tidak ada pertanyaan demi pertanyaan lanjutan yang akan membuat saya jadi semakin bingung. Saya yakin dan percaya, tidak sedikit ibu-ibu yang mengalami momen-momen seperti ini, kewalahan menjawab setiap lontaran pertanyaan dari sang anak. Cerita sederhana ini, semoga bisa menjadi cermin yang bermanfaat. Setidaknya agar kita, para orang tua, khususnya ibu, tidak akan pernah bosan menghadapi kebawelan sang anak yang serba ingin tahu dan sok tahu. Zaman telah menciptakan anak-anak kita menjadi kritis .. adalah tugas maha berat bagi kita semua ..  untuk mendampingi, menerjemahkan setiap informasi yang terekam melalui indera mereka itu melalui pengertian yang bijak. Dan tugas berat kita juga, para orang tua dengan berbagai macam profesi dan latarbelakang, untuk tetap konsisten menjaga, menjalankan aturan-aturan main dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan beragama. Karena anak-anak kecilpun kini sudah bisa membaca dengan jelas dan gamblang segala 'KESEWENANG-WENANGAN', KETAMAKAN', 'KERAKUSAN', 'KETIDAKADILAN', 'KECURANGAN','KEBOHONGAN','KEPENGECUTAN', dan 'PENINDASAN'. Salam. ==================== tulisan juga diposting di  jongjava.com

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun