MTsN 16 Jombang awalnya merupakan madrasah filial dari MTsN Tambak Beras Jombang yang bernama Madrasah Tsanawiyah Praja Putra berdiri pada tahun 1991 dibawah naungan pondok pesantren Praja Putra yang diasuh oleh beliau KH. Moh. Sulhan sampai tahun 1998 berubah menjadi Madrasah Tsanawiyah Negeri Tembelang.
Pada tahun 1999 MTsN Tembelang hijrah dari bawah naungan pondok menjadi mandiri dengan membeli tanah dari bantuan pemerintah yang berada di Jalan Raya Tembelang No 459 Desa Sentul Kecamatan Tembelang Kabupaten Jombang dengan maksud untuk pengembangan madrasah lebih maju serta agar mudah dijangkau oleh seluruh peserta didik dari semua penjuru dan juga mudah dijangkau dengan menggunakan transportasi umum.
Seiring berjalannya waktu MTsN Tembelang yang sekarang berubah nama menjadi MTs Negeri 16 Jombang sesuai dengan  KMA Nomor 673 Tahun 2016 tentang Perubahan Nama Madrasah Aliyah Negeri, Madrasah Tsanawiyah  Negeri, dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri di Provinsi Jawa Timur, walaupun termasuk madrasah negeri yang belum lama berdiri namun telah mampu menoreh perstasi dalam berbagai bidang sampai tingkat nasional.
 Perkembangan Status: Seiring waktu, madrasah ini mengalami peningkatan status menjadi sekolah negeri, yang dikenal sebagai MTs Negeri. Dengan status negeri, MTsN 16 Jombang mendapatkan dukungan lebih dalam hal anggaran, tenaga pengajar, dan fasilitas dari pemerintah, yang memungkinkan peningkatan mutu pendidikan yang disediakan.
 Kurikulum: MTsN 16 Jombang menerapkan kurikulum yang mengintegrasikan pendidikan umum dan agama. Hal ini bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara ilmu pengetahuan modern dan pengetahuan agama, sehingga siswa dapat berkembang menjadi pribadi yang berakhlak mulia dan kompeten dalam berbagai bidang.
 Fasilitas dan Infrastruktur: Sebagai madrasah negeri, MTsN 16 Jombang telah melakukan pengembangan fasilitas seperti ruang kelas, perpustakaan, laboratorium, dan sarana olahraga untuk mendukung proses pembelajaran yang efektif.
 Prestasi dan Penghargaan: MTsN 16 Jombang juga dikenal karena prestasi yang diraih oleh para siswanya, baik di bidang akademik maupun non-akademik, seperti lomba-lomba keagamaan, sains, olahraga, dan seni.
 Peran dalam Masyarakat: MTsN 16 Jombang berperan penting dalam membangun dan mendidik generasi muda di Kabupaten Jombang dengan nilai-nilai keislaman dan kebangsaan. Madrasah ini menjadi salah satu pilihan utama bagi orang tua yang menginginkan pendidikan yang mengedepankan moralitas serta pengetahuan.
Visi dan Misi Madrasah
Visi
" TERWUJUDNYA MADRASAH, RELIGIUS, BERAKHLAKUL KARIMAH, BERPRESTASI, Â RAMAH ANAK, DAN BERBUDAYA LINGKUNGAN "
     Indikator visi adalah sebagai berikut  :
1)Relegius:
Memiliki keyakinan dan aqidah yang kuat, Mengerjakan perintah Alloh SWT serta menjauhi larangan-larangan-Nya
2)Berakhlakul karimah:
Berprilaku, berbudi pekerti yang luhur dan  terpuji
3)Berprestasi:
Hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dalam waktu yang ditentukan.
4)Ramah Anak :
Madrasah yang aman, mampu menjamin, memenuhi, menghargai hak- hak anak dan perlindungan anak dari kekerasan, diskriminasi dan perlakuan salah lainya serta mendukung partisipasi anak.
5)Berbudaya Lingkungan:
Melakukan pengembangan kebijakan madrasah peduli dan berbudaya lingkungan, pengembangan kurikulum berbasis lingkungan, pengembangan kegiatan madrasah berbasis partisipatif dan pengembangan serta pengelolaan pendukung madrasah ramah lingkungan.
Misi Madrasah
1)Melaksanakan sholat Dhuha dan Dhuhur secara berjamaah
2)Mampu membaca Al-Qur'an dengan metode At-tartil secara baik dan benar
3)Santun dan bertatakrama terhadap orang tua, guru, pegawai dan masyarakat
4)Berprestasi akademik dan non akademik
5)Menanamkan dan mewujudkan lingkungan ramah anak
6)Menanamkan nilai-nilai lingkungan hidup kepada seluruh stake holder madrasah
7)Mengendalikan dan mencegah terjadinya pencemaran serta kerusakan lingkungan
8)Mewujudkan madrasah yang bersih, sehat, cinta puspa dan satwa serta  berbudaya lingkungan
Kegiatan Pembiasaan
Beberapa Kegiatan yang dilaksanakan didalam Sekolah sebelum memulai Pelajaran terdapat adanya pembiasaan setiap pagi.
Adapun kegiatan tersebut yakni :
1.bersama sebelum memulai pelajaran
Pelaksanaan kegiatan berdoa bersama dilakukan sekitar jam 7 pagi saat bel berbunyi. Semua
peserta didik  memasuki  kelas  masing masing  dan  dilanjutkan  dengan  berdoa  yang  dipimpin  salah satu  guru.  Adapun  doa  yang  dibacakan  menggunakan  dua  bahasa  yaitu  bahasa  Arab  dan  bahasa Indonesia.
2.  Pembacaan Al-Qur'an(Tadarus al-Qur'an) Pelaksanaan  pembacaan al-Qur'an yang  diterapkan  di  dalam  kelas  sebelum  pembelajarandimulai.  Pertama  guru  mengajak  peserta  didik  untuk  membaca  bersama-sama  paling  sedikit  satu atau  dua  halaman,  kemudian  setelah  selesai  barulah  ditunjuk  satu  persatu  untuk  mengaji  di  depan meja  guru  sedangkan  guru  menyimak  dan  membenahi  kesalahan  dalam  membaca al-Qur'an.
mengenai  pelaksanaan  kegiatan  mengaji al-Qur'anitu  dilakukan  terkadang  sebelum pembelajaran  atau  di  akhir  pembelajaran selama 10  menit.  Dalam  kegiatan  awal  guru memasuki  ruangkelas  dan  mengucap  salam  kemudian  dilanjutkan  dengan  berdoa  dan membaca asmaul husna. Selesai guru langsung mengajak siswa untuk membuka al-Qur'andan  dilanjutkan  membaca  ayat  suci al-Qur'ansecara  bersama-sama.Siswa  saya  suruh biasanya  paling  sedikit  membacanya  yaitu  satu  lembar  kaca  atau  satu  halaman  dan sampai  dua  halaman.  Setelah  membaca  bersama,  langkah  selanjutnya  guru  menyuruh siswa  satu  persatu  untuk  mengaji  di  meja  guru  dan  guru  menyimak  serta membenahi bacaan yang kurang tepat.
untuk kegiatan membaca al-Qur'an dikelas itu tiap guru agama wajib melaksanakannnya, karena sudah menjadi budaya sekolah juga di sekolah ini. Tujuannya salah satunya ingin mengetahui  seberapa  lancar  anak-anak  itu  dalam  membaca al-Qur'an,  maka  guru  PAI berusaha  meluangkan  sedikit  waktu  sekitar  10  menit  untuk  digunakan  mengaji  bersam-sama.  Setelah  itu  baru  mengaji  satu-persatu  di  depan  meja  guru.Ini  terus  dilakukan sampai  kelas  12  meskipun  tidak  hatam  setidaknya  guru  sudah  berusaha  membenahi  dan juga menyuruh peserta didik untuk belajar mengaji dirumah begitu.
Dalam  kegiatan pembacaan al-Qur'an tiap  guru  memulainya  dengan  mengucapsalam  terlebih  dahulu  dan dilanjutkan dengan membaca doa dan asmaul husna. guru langsung mengajak peserta didik  untuk mengeluarkan  kitab  suci  al-Qur'an.  Sebenarnya  untuk  al-Qur'an  sendiri  sudah  tersedia  di  dalam masjid,  akan  tetapi  sebagian  peserta  didik  membawa  sendiri-sendiri  dari  rumah.Guru  mengajak membaca secara bersama-sama dan dilanjutkan membaca satu-persatu di depan meja guru dengan waktu kurang  lebih  10  menit.  Untuk  berapa  banyak  ayat  yang  di  bacakan  sekitar  satu  atau  dua halaman.  Untuk  siswa  yang  membaca  sendiri  didepan  guru  paling  sedikit  3  ayat.  Peneliti  juga melihat tidak hanya di kelas 10 yang menerapkan pembacaan al-Qur'an tetapi juga di kelas 11 dan 12 yang  mana  mereka  melanjutkan bacaan yang sebelumnya tidak hatam di  kelas 10. Untuk yang berhalangan biasanya seperti perempuan ada udzur syar'i maka bisa menyimak saja dengan teman disampingnya.
Kegiatan Sholat
Sholat Dzuhur Berjama'ahKegiatan  sholatberjamaah  sebelum  pandemi  datangdilaksanakan  oleh  seluruh  warga sekolah yang muslim. Denganmengantri wudu' secara bergantian baik peserta didik maupun guru-guru.  Sedangkan  untuk  yang  bertugas  mengimami  adalah  dari  pihakguru  laki-laki,  seusai  sholat berjamaah  dilanjutkan  dengan  doa  Bersama.
Pelaksanaan  kegiatan  religius  lainnya  adalah  sholat  dzuhur  berjamaah.  Kalau  sholat dzuhur  ini  ada  2  fersi  ya  mbk  sebelum  pandemi  dan  sesudah  pandemi.  Sebelum  pandemi langkah  awal  ketika  adzan  berkumandangsemua  ank-anak  itu  pada  keluar  dari  kelas karena memang telah selesai pembelajarannya, jadi tiap jam terakhir sebelum dhuhur itu guru tiap kelas menyuruh anak-anak untuk sholat berjamaah. lalu peserta didik mengambil wudhu  dengan  mengantri  secara  bergantian  begitupundengan  guru-guru  juga  ikut melaksanakan  sholat  berjamaah.  sembari  menunggu  imam  anak-anak  menata  shaf shalatnya, dan biasanya yang mengimami itu dari pihak guru. Kegiatan sholat berjamaah ini dilakukan sampai tiga sift karena memang banyak siswanya
Pengintegrasian dalam kegiatan sehari-hari:Pelaksanaan kegiatan tersebut dapat dilakukan melalui hal-hal berikut ini: (a) Keteladanan/contoh. Kegiatan  pemberian contoh/teladan yaitu  suatu  kegiatan  yang  dilakukan  oleh pengawas,  kepala  sekolah, guru  dan  staf-staf  lainnya  hingga  petugas  cleaning  service  di  sekolah  yang  dapat  dijadikan  model  bagi peserta  didik.  (b)  Kegiatan  spontan,  yaitu  kegiatan  yang  dilaksanakan  secara  spontan  pada  saat  itu juga. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada saat guru mengetahui sikap/tingkah laku peserta didik yang kurang baik, seperti malas belajar,  membuang sampah di sembarang tempat, bertutur kata yang  kotor, mencoret dinding dan sebagainya. Apabila guru mengetahui sikap/perilaku peserta didik yang demikian, hendaknya secara  spontan  diberikan  pengertian  dan  diberitahu  bagaimana  sikap/perilaku  yang  baik.  (c)  Teguran, guru  perlu  menegur  peserta  didik  yang  melakukan  perilaku  buruk  dan  mengingatkannya  agar mengamalkan  nilai-nilai  yang  baik  sehingga  guru  dapat  membantu  mengubah  tingkah  laku  mereka.  (d) Pengkondisian  lingkungan,  yakni  suasana  sekolah  dikondisikan  sedemikian  rupa  dengan  penyediaan sarana  fisik.  Contoh  penyediaan slogan-slogan  mengenai  nilai-nilai  keagamaan  yang  mudah  dibaca  oleh peserta  didik,  aturan/tata  tertib  sekolah  yang  ditempelkan  pada   tempat  yang  strategis  sehingga  setiap peserta didik mudah membacanya. (e) Kegiatan rutin, kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus-menerus  dan  konsisten  setiap  saat  atau  secara  periodik.  Contoh  kegiatan  rutin  setiap  saat  adalah  berdoa sebelum  dan  sesudah  kegiatan,  mengucapkan  salam  bila  bertemu  dengan  orang  lain,  kegiatan  shalat dhuhur berjamaah di sekolah dan sebagainya. Sedangkan contoh kegiatan rutin periodik adalah kegiatan khataman al-Qur'ansetiap bulan di sekolah.
Pengintegrasian dalam kegiatan yang diprogramkan Kegiatan  ini  merupakan  kegiatan  yang  jika  akan  dilaksanakan  terlebih  dahulu  dibuat perencanaannya atau diprogramkan oleh guru. Hal ini dilakukan jika guru menganggap perlu memberikan pemahaman atau prinsip-prinsip nilai moral religius yang diperlukan.Adapun strategi implementasi budaya religius di MTsN 16, ialah sebagai berikut:  (1) Peningkatan pendidikan  agama  Islam  melalui  mata  pelajaran al-Qur'an,  Hadits,  Keimanan,  Akhlak,  Fikih,  Sejarah Islam  dan  pelajaran  agama  lainnya,  (2)Peningkatan  pendidikan  agama  Islam  melalui  mata  pelajaran selain   pendidikan   agama   Islam,   (3)   Peningkatan   pendidikan   agama   Islam   melalui   kegiatan ekstrakurikuler,  (4)  Peningkatan  pendidikan  agama  Islam  melalui  penciptaan  suasana  keagamaan  yang kondusif,  (5)  Peningkatan  pendidikan  agama  Islam  melalui  pembiasaan  dan  pengalaman  agama,  shalat berjamaah di sekolah, dan kegiatan praktik keagamaan lainnya.Upaya  ini  juga  bisa  diwujudkan  dalam  bentuk  menciptakan  suasana  keagamaan  di Madrasah.
Melalui  kegiatan-kegiatan  sebagai  berikut:   (1)  Doa  bersama  sebelum  memulai  dan  sesudah  selesai kegiatan  belajar  mengajar,  (2)  Tadarrus al-Qur'an(secara  bersama-sama  atau  bergantian)  selama  10-15 menit sebelumwaktu belajar jam pertama dimulai. Tadarrus al-Qur'andipimpin oleh guru yang mengajar pada  jam  pertama,  (3)  Shalat  dhuhur  berjamaah  dan  kultum  (kuliah  tujuh  menit),  atau  pengajian  atau bimbingan keagamaan secara berkala, (4) Mengisi peringatan hari-hari besar keagamaan dengan kegiatan yang  menunjang  internalisasi  nilai-nilai  agama,  dan menambah  ketaatan  beribadah,  (5) Mengintensifkan praktik ibadah, baik ibadah mahdhah maupun ibadah sosial, (6) Melengkapi bahan kajian mata pelajaran umum  dengan  nuansa  ke-Islaman  yang  relevan  dengan  nilai-nilai  agama  atau  dalil  nash al-Qur'anatau hadits  Rasulullah  saw.,  (7)  Mengadakan  pengajian  kitab  di  luar  waktu  terjadwal,  (8)  Menciptakan hubungan  ukhuwah  Islamiyah  dan  kekeluargaan  antara  guru,  pegawai,  siswa,  dan  masyarakat,  (9) Mengembangkan  semangat  belajar,  cinta  tanah  air,  dan  mengagungkan  kemuliaan  agamanya,  (10) Menjaga  ketertiban,  kebersihan  dan  terlaksananya  amal  shaleh  dalam  kehidupan  yang  sarwa  ibadah  di kalangan siswa, karyawan, guru, dan masyarakat lingkungansekolah.Untuk pelaksanaan upaya diatas, guru khususnya guru Pendidikan Agama Islam sangat memegang peranan  penting.  Guru  merupakan  faktor  yang  sangat  dominan  dan  menentukan  berhasilnya  proses mengajar  sekaligus  proses  pendidikan  itu  sendiri.  Mereka  bukansaja  berperan  sebagai  pengajar  yang menularkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan kepada anak didik, tetapi lebih dari itu merupakan contoh dan  panutan  yang  harus  diikuti  oleh  anak  didiknya  bahkan  masyarakat  luas,  tanpa  membedakan  apakah dia guru IPA, IPS, Bahasa dan sebagainya
Implementasi  budaya  religius  dapat  tercapai  dengan  baik,  apabila  juga  didukung  oleh  sarana pendidikan yang baik. Adapun sarana pendidikan tersebut antara lain:
*Tersedianya masjid sebagai pusat kegiatan ibadah dan aktivitas siswa.
*Tersedianya  perpustakaan  yang  dilengkapi  dengan  buku-buku  dari  berbagai  disiplin,  khususnya mengenai ke-Islaman.
*Terpasang  kaligrafi  ayat-ayat  dan  hadits  Nabi,  kata  hikmah  tentang  semangat  belajar,  pengabdian kepada agama, serta pembangunan nusa dan bangsa.
*Adanya  keteladanan  guru,  tenaga  kependidikan  lainnya,  ketatausahaan  dan  siswa,  khususnya  dalam hal pengamalan ajaran agama.
*Terpeliharanya suasana sekolah yang bersih, tertib, indah, dan aman serta tertanam rasa kekeluargaan.Tersedianya  sarana  bukanlah  penentu  tercapainya  tujuan  pendidikan.  Namun  dengan  tersedianya sarana  yang  baik,  akan  sangat  menunjang  tercapainya  tujuan  pendidikan.  Dimana  tujuan  pendidikan  itu dicapai  melalui  implementasi  budaya  religius  di  sekolah  tersebut.  maka  kebaradaannya  perlu diperhitungkan pula di suatu sekolah.
Strategi  implementasi  budaya  religius  dalam  pembentukan  akhlak  siswa  di  MTsN  16  Jombang diupayakan  melalui  pendekatan  personal dimana  pendekatan  ini  lebih  banyak  dilakukan  untuk menanggulangi  siswa  yang  bermasalah,  melakukan  kesalahan  ataupun  pelanggaran  aturan  sekolah  dan pembiasaan  kegiatan  harian  bernuansa  religius,  kegiatan  ini  dilaksanakan  secara  serentak  sehingga menjadi  budaya  madrasah  antara  lain  ;  pembiasaan  mengucapkan  salam  yang menumbuhkan  sikap toleransi  dan  sikap  hormat  kepada  yang  lebih  tua,  Berdoa  bersama  sebelum  memulai  pelajaran  yang menumbuhkan  sikap  disiplin  dan  bertanggungjawab,  Pembacaan  Al-Qur'an  (Tadarus  al-Qur'an)  dalam pelaksanaannya  menumbuhkan  sikap  kesadaran  akankewajiban  beribadah  yang  baik  dan  benar  serta sholat dhuhur berjama'ah, kegiatan ini menumbuhkan sikap solidaritas dan kebersamaan.
Hal yang melatar belakangi madrasah ini untuk menuju Adiwiyata tentunya harus mengenalkan lingkungan dahulu kepada semua warga madrasah, agar mereka tahu bagaimana nantinya membentuk karakter peduli lingkungan di Madrasah. Sesuai dengan wawancara kepala sekolah berpendapat: Sebetulnya  sejak  sebelum  tahun  2015  stakeholder  sudah  dikenalkan  dengan lingkungan,  hanya  belum  pada  pembentukan  karakter  secara  tersistem.  Hal  ini terjadi karena pengenalan lingkungan masih sebatas mengejar predikat jadi juara belum  pada  pembangunan  karakter.  Dan  sejak  2015  juli  kepala  madrasah  dan seluruh  stakeholder  madrasah  berkomitmen   untuk  membangun  karakter lingkungan di MTsN 16 Jombang. Melalui komitmen itulah kemudian terbangun sebuah  karakter  peduli  lingkungan  hingga  saat  ini.  Perjuangan  yang  dilakukan tidak mudah karena dilakukan melalui pembiasaan-pembiasaan sejak tahun 2015 hingga saat ini.
Terkait dengan kepedulian siswa di madrasah, guru juga harus memperhatikan kepedulian terhadap siswanya. Kepedulian terhadap lingkungan adalah hal yang penting untuk membentuk karakter peduli lingkungan. Hal ini juga harus ditanamkan pada diri siswa dan guru. Dalam hal kepedulian siswa sesuai wawancara  salah  satu  guru  sebagai  berikut:  "Kepedulian  siswa  terhadap  lingkungan  adalah  sangat peduli". Dan juga menurut pendapat waka kesiswaan tentang kepedulian siswa terhadap lingkungan, beliau mengatakan: Sebelum adanya adiwiyata kesadaran siswa itu belum muncul, tapi begitu program adiwiyata  itu  masuk  sedikit  demi  sedikit  akhirnya  kesadaran  atau  kepedulian lingkungan  itu  muncul,  kalau sekarang  Alhamdulillah sudah tau lingkungannya harus diapakan ketika ada sampah juga harus dibuang ditempatnya. Tapi ada juga yang belum peduli terhadap lingkungan, namun jika dibandingkan mayoritas siswa sudah sadar akan sikap peduli lingkungannya.
MTsN 16 Jombang tentang kepedulian siswa, seluruh siswa  disana  memang  sangat  peduli akan  lingkungannya,  meskipun  ada  sebagian  siswa  yang  belum begitu  peduli dengan  lingkungan tetapi jika  dibandingkan  masih banyak  siswa yang  peduli  terhadap lingkungan. Beda lagi dengan halnya sebelum adanya adiwiyata, semua siswa itu tingkat kepeduliannya sangat kurang sekali, tetapi semenjak dengan adanya program adiwiyata ini Alhamdulillah kesadaran lingkungan siswa ini muncul, untuk sekarang sudah siswa sudah sadar dengan lingkungan disekitarnya. Strategi  pembentukan  karakter  adalah  hal  yang  sangat  penting  untuk  membentuk kepribadian/kebiasaan  siswa.  Untuk  mewujudkan  hal  ini,  guru  adalah  sebagai  panutan/contoh  bagi siswa/siswi  di  madrasah.  Guru  dituntut  untuk  mampu  membelajarkan  peserta  didik  tentang  peduli lingkungan, menjaga kebersihan lingkungan madrasah dan berperilaku bersih dan sehat di lingkungan madrasah,  selalu  mengajarkan  dan  mengingatkan  siswa  untuk  menjaga  kebersihan  dan  kesehatan lingkungan madrasah, mematuhi aturan dan tata tertib yang ada di madrasah, semua itu akan berhasil apabila  guru  juga  disiplin  dalam  melaksanakan  semua  tugas  dan  kewajibannya.  Dalam  hal  strategi pembentukan  pendidikan  karakter  peduli  lingkungan  sesuai  wawancara  bapak  Paidi  Haryono,  S.Pd tentang strategi pembentukan karakter peduli lingkungan yaitu: "Pada waktu apel pagi tentunya juga ada sosialisasi dan selalu diberikan yel-yel, di bentuk pokja setiap kelas itu ada yang mewakili, penanaman kedisiplinan"
kepala madrasah menguatkan lagi tentang strategi yang digunakan untuk membentuk karakter peduli lingkungan siswa di MTsN 16 Jombang, yaitu:
Melalui apel pagi, selalu saya dengung-dengungkan semangat untuk cinta lingkungan, di lapangan itu juga anak-anak saya ajak untuk yel yel peduli lingkungan (Salam Bumi: Pasti Lestari, Adiwiyata: Bisa, Adiwiyata Mandiri: Pasti Bisa, MTsN 16 Jombang: Oke Oke Yees).
Pembentukan POKJA (Kelompok Kerja). kelompok kerja itu bekerja di jum'at pagi namanya jumsih yaitu  jum'at  bersih,  di  POKJA  inilah  anak-anak  belajar  tentang  lingkungan.  POKJA  disini  ada berbagai macam yaitu:
*POKJA Green Hause (untuk sarana belajar anak/outdor learning).
*POKJA RTH (Ruang Terbuka Hijau) yaitu juga untuk sarana belajar, selain anak-anak merawat lingkungan mereka juga bisa belajar peduli lingkungan.
*POKJA TOGA (Tanaman Obat Keluarga).
*POKJA Sampah (anak-anak diajari bagaimana memilah sampah dan saya selalu bilang ke mereka bahwa pilihlah sampah menjadi rupiah) jadi kalau mau melakukan hal sederhana menjadi hal yang luar biasa.di pokja sampah ini yang awalnya tidak punya uang sama sekali sekarang sudah ada uangnya, itu dari hasil penjualan sampah terpilah, bukan sampah yang ada di madrasah, mereka boleh membawa sampah dari rumah kemudian dijual ke Madrasah, misalnya sampah botol  kardus,  plastik.  Kalau  di  madrsah  yang  ada  itu  sampah  organik,  dilingkungan  kita  itu banyak sampah daun. Setelah mereka menjual ke Madrasah  pasti kalian akan mendapat uang, Madrasah juga akan menjualn ke pengepul, dari situlah madrasah dapat uang.
*POKJA Komposting( sementara ini kompos hanya digunakan untuk internal Madrasah).
*POKJA  Jamur  (yang  bekerja  adalah  anak-anak,  selain  mengajari  mereka  untuk  bagaimana budidaya  jamur,  secara  tidak  langsung  madrasah  juga  mengajarkan  kepada  mereka  untuk berinterprener, hasil jamur itu tidak langsung dinikmati langsung oleh bapak/ibu guru, tetapi mereka yang menginginkan itu membeli. Nah hasil penjualan itulah nantinya yang digunakan untuk membeli baklock lagi.
*POKJA Kebun (pokja ini disana anak-anak belajar menanam sorgun (jagung cangkul), dan ini menjadi iconnya MTsN 16 Jombang, Karen dari jagung cangkul ini kemudianbisa dibuat menjadi aneka makanan/jadi prodak, dan ini adalah termasuk makanan yang kandungan gulanya rendah, sehingga bagus untuk orang sakit diabetes.untuk hasil lebih besarnya kita bekerjasama dengan PT. SEDANA PANEN SEJAHTERA, hasil perkebunan itu juga dijual ke bapak/ibu guru. Anak-anak belajar disana tentang bagaimana mengelola jagung itu menjadi gula, sirup, kecap. Dan anak-anak dikenalkan bahwa ini bisa menjadi beberapa prodak.
*POKJA Kantin, disini kantinya yaitu kantin sehat yang tidak mengandung 5P Yaitu Pemanis, Perasa, Pewarna, Pengawet, Pengenyal. Jadi makanannya tradisional misal ote-ote, tempe, dadar jagung dll. Semuanya itu hasil buatan sendiri, setiap pagi itu saya keliling lihat kebersihan kelas, melihat tempat sampahnya anak-anak apahak anak-anak sudah memilah sampah atau tidak, jika masih  ada  diantara  mereka  yang  memperlakukan  sampah  dengan  tidak  benar,  maka  saat pembinaan pagi itu saya selalu sampaikan, disinalah kita membangun karakter anak di apel pagi dengan cara mengingatkan anak-anak, mensuport anak-anak, manunjukkan pada buang sampah yang benar itu seperti ini.
*POKJA UKS( uks kami nyaris mirip klinik) hasil penelitian penilaian sekolah sehat berkarakter MTsN 16 ini terbaik di kabupaten Jombang.
*POKJA Pembibitan (disana anak-anak belajar membibit tanman yang tidak dimulai dari biji, tapi dari  memotong  tanaman-tanaman  yang  ada  disini,  makanya  tanaman  kita  menjadi banyak.banyaknya tanaman disini itu hasil pembibitan ana-anaka sendiri.
*POKJA Ipal (Istalasi Pengolahan Air Limbah) air limbah itu dari air wudhu dan air kantin. Nah air limbah ini nanti dimasukkan ke kolam, ikan itu kalau tidak mati berate airnya bagus, ada lagi yaitu burung, ayam,nah telurnya juga dijual. Selain mereka  mengenal lingkungan anak-anak juga bisa berlatih interprainer.
*POKJA 3R (Reduse, Reuse, Recycle) mereka membuat pakaian dari plastik bekas, bisa kopi, rinso dll, bebrapa kali ikut iven dijombang dan bisa mendapatkan juara. Tujuannya sih bukan pada juara tapi bagaimana cara mengajarkan anak-anak bahwa sampah yang ada disekitar kita itu bisa bernilai dan diperlakukan dengan baik, menjadi rupiah jika kita perlakukan dengan baik. begitulah cara membangun anak-anak, guru dan seluruh stakeholder, kepala harus turun tangan, guru, sekitar madrasah juga harus tahu. Jadi karakter anak-anak ini tumbuh tidak secara tiba-tiba, tetapi  karena  kita  lakukan  sosialisasi  terus  menrus  setiap  hari,  serta  pembiasaan-pembiasaan secara continew. Melalui lomba kebersihan kelas".
   Jadi strategi di MTsN 16 Jombang bahwa ada beberapa strategi tentang pembentukan karekter peduli lingkungan, yaitu sosialisasi setiap hari melalui apel pagi selalu didengung-dengungkan semangat untuk cinta lingkungan serta membunyikan yel-yel adiwiyata, pembentukan pokja, penanaman kesadaran, komitmen bersama, serta penanaman kedisiplinan, mengecek kebersihan kelas. Dengan adanya strategi tersebut siswa/ semua warga madrasah akan lebih cepat membentuk karakter peduli lingkungan. Melalui sosialisasi itu semua warga madrasah akan selalu ingat akan peduli lingkungan, kemudiang terbentuknya pokja-pokja  itu  mengakibatkan  siswa  bisa  belajar  tentang  lingkungan,  karena  mereka  langsung mempraktekkan di lingkungan madrasah. Hal tersebut dapat dilihat dari wawancara strategi pembentukan karakter peduli lingkungan dari berbagai guru.