Gerakan komunis di Thailand memperkuat argumentasi militer tentang pentingnya konsepsi keamanan yang mengutamakan stabilitas dan integritas wilayah nasional. Kemajuan komunisme paska terbentuknya Cina di bawah komunis merupakan alasan bagi rejim militer untuk menjalankan kebijakan politik represif. Hingga tahun 1982 pihak militer Thailand terus berusaha memainkan peran menentukan guna menumpas gerakan komunis.2 Militer sebagai satu-satunya lembaga yang berhasil membuktikan diri sebagai lembaga pembela bangsa. Masuknya kembali militer kedalam politik Thailand pada dasarnya dikarenakan dua hal yaitu yang pertama karena gagalnya sipil dalam menjaga stabilitas negara menjadi penyebab terjadinya kudeta militer tahun 2006. Militer kecewa terhadap pemerintahan Thaksin yang sejak awal tahun 2006 dirundung permasalahan legitimasi kekuasaan akibat merebaknya kasus korupsi yang melibatkan dirinya dan money politics dalam upaya memenangkan kursi perdana menteri lewat pembelian suara dalam pemilu tahun 2006. Thaksin juga dituduh tidak nasionalis karena telah menjual saham The Shin Corp kepada Singapura dan ditambah adanya penjualan saham perusahaan keluarga yang dibebaskan dari pajak penjualan sehingga membawa keuntungan bagi keluarga Thaksin. Di samping itu, adanya restu dari raja juga merupakan faktor penting di balik adaanya kudeta ini.3