Kejadian ini terjadi pada hari Jumat minggu lalu. Saya sama sekali tidak bermaksud mengdiskreditkan mereka sebagai abdi negara yang menjalankan tugasnya, namun saya tidak tahan untuk tidak menuliskan kisah ini lantaran saya benar-benar shock setelah berusan dengan mereka. Ceritanya sekitar jam setengah sepuluh pagi, kawasan Jakabaring Palembang yang sekarang dipusatkan sebagai tempat pelaksanaan SEA GAMES November mendatang tampak berbeda dengan adanya beberapa polisi yang mengadakan razia. saya yang pada saat itu dibonceng mertua pun tak luput dari pengecekan. seorang polisi menyetop motor yang dikendarai bapak mertua, lalu diperiksa surat menyuratnya. STNK beres, ketika sampai pada bagian SIM, pak polisi menemukan kalau SIM bapak sudah habis masa berlakunya. Bapak yang sudah berusia 60 tahun, ketika ditanya perihal SIM nya yang kadaluarsa mengaku bersalah. saat itu, pak polisi mengatakan bahwa motor bapak harus ditilang. bapak yang memiliki gangguan pendengaran, karena memang sudah tua terpaksa melepas helm agar jelas mendengar instruksi pak polisi. saat kata tilang disebutkan, bapak sudah pasrah. toh tak jauh dari tyempat kami berdiiri terdapat sebuah (atau dua, sudah agak lupa) meja yang dipasang sebagai tempat untuk mencatat siapa saja yang terkena tilang. jelas terlihat kalau kepolisian benar melakukan pekerjaannya. Yang kemudian membuat saya menjadi ilfil pada pak polosi saat beliau yang saat itu menutupi mukanya dengan masker ( sayang saya gak sempat melihat namanya) menawarkan kepada bapak agar tidak usah ditilang dengan mengatakan " mau ditilang atau dibantu". bapak cuma bilang terserah pak polisi saja, toh bapak sudah merasa bersalah. saat itu dompet bapak yang sebelumnya sedang dipegang karena tadi dikeluarkan STNK dan SIM nya diminta oleh pak polisi unrtuk dilihat isinya dibarengi omongan "emang mo ngasih berapa?" dasar bapak saya lugu, karena di dompetnya cuma ada beberapa lembar, maka bapak bilang "sepuluh ribu" dengan polosnya. karuan pak polisi langsung membentak " Jadi kamu mau ditilang, hah? " , yang langsung dijawab oleh bapak lagi, " ya udah kalau memang harus begitu" lalu berusaha turun dari motor maksudnya sudah pasrah banget. Pak polisi buru-buru bilang, "jangan turun dari motor, siniin duitnya" Lalu kembali bapak membuka dompetnya. Rupanya pak polisi menemukan kalau dompet bapak ada dua bagian tempat menyimpan uang. dibagian depan duit ribuan, agak tebel gabungan duit seribu dan dua ribu. karena lusuh duitnya, maka kelihatan banyak. dibagian satunya lagi isinya tiga lembar lima ribuan dan satu lembaran sepuluh ribu. cuma empat lembar, mungkin sedikit pikir pak polisi, jadi saat dompet bapak sudah dekat ke tangan polisi itu, tangannya langsung merogoh bagian depan dompet yang berisi duit ribuan. begitu cepatnya gerakan tangan pak polisi, sampai dompet bapak hampir jatuh. malah sebuah koin limaratus jatuh menggelinding sampai kebawah motor. anak saya yang sedari tadi tampak shock melihat kakeknya dibentak-bentak oleh pak polisi langsung duduk jingkok memandangi koin yang jatuh dan kemudian diambil oleh kakeknya. Pak Polisi kemudian pergi, lalu kemi juga melanjutkan perjalanan kembali, namun selang beberapa meter bapak menghentikan motor lalu mengecek dompetnya sambil tersenyum-senyum sementara saya masih belum pulih dari kejadian terssebut. " kenapa, Pak?" tanya saya, kata bapak " pak polisi tadi cuma ngambil yang isinya empat belas ribu". Huahahahaha.. tawa saya meledak. mungkin saat itu pak polisi mengira yang tebal isinya pasti banyak, padahal kalau tahu berapa yang ia dapat, saya yakinpasti pak polisi itu ngedumel. lah wong cuma ribuan. Hal seperti itu lalu membuat saya berpikir, bagaimana mau minta perlindungan pada mereka sementara yang demikian terjadi begitu saja. Tidak hanya di Palembang, disegala penjuru indonesia yang memiliki jalan raya yang dileweti oleh pengendara bermotor hal ini tidak dapat dielakkan. masyarakat yang terkena tilang pun lebih memilih jalan damai agar urusan cepat kelar. tanpa kita sadari, diri kita sendiri yang memulai korupsi. Entah bagaimana hukumnya uang yang mereka peroleh dari hal semacam itu. tiap lembar yang mereka dapatkan untuk menafkahi anak istri yang setia menunggui dirumah.. entahlah. Tentu tidak semua polisi seperti itu. satu orang yang saya ingat, sejak SMA, ketika ikut eskul Patroli Keamanan Sekolah, beliah pernah menjadi pembinanya, pak ERPANSYAH namanya. saat tidak membina, ia selalu terlihat mengatur lalu lintas di perempatan BNI- Hotel Anugrah, kadang juga berpatroli menggunakan mobil polisi sambil menggunakan speaker dari mobil polisi tersebut intuk mengingatkan para pengendara Jangan lupa pakai helm, yang naik mobil pake sabuk pengaman.." sesuatu yang seperti itu. malah saat saya masih SMA juga, melihat beliau berada di lampu merah simpang polda menceramahi pengendara motor yang pada waktu lampu merah sembarangan berhenti hanya agar dapat kesempatan pertama melesat kabur (alahh kabur kemana?). saat itu anak-anak sekolah yang tidak memakai helm atau pun belum waktunya mengendarai motor diceramahi habis-habisan oleh beliau yang menggunakan Speaker TOA . karuan semua orang memperhatikan, dan yang diceramahi jadi malu. tidak sekalipun saya melihat beliau pernah menilang orang. Yah, berdoa saja semoga masih banyak polisi yang seperti itu, AMIIIN. NB: gambar dari gugel. Salam WONG KITO GALO!
KEMBALI KE ARTIKEL