Seorang penyair berkata :
setiap bencana berawal dari pandangan mata, sebagaimana api yang besar berasal dari percikan bara
berapa banyak pandangan sanggup menembus relung hati pemiliknya,
seperti kekuatan anak panah yang lepas dari busurnya
seorang hamba, selama ia mengumbar pandangannya untuk memandang selainnya, maka dia berada dalam bahaya
ia menyenangkan mata dengan sesuatu yang membahayakan hatinya,
maka janganlah menyambut kesenangan yang akan membawa bencana
Diantara bencana yang ditimbulkan pandangan adalah penyesalan, malapetaka dan sakit hati. Tatkala seorang hamba melihat sesuatu yang ia tidak mampu meraihnya, juga tidak mampu bersabar atasnya, sesungguhnya hal itu merupakan salah satu bentuk siksaan yang paling pedih. Yaitu, (penderitaan yang menerpa) manakala kamu melihat perkara yang kamu tidak mampu bersabar atas perkara tersebut, tidak juga atas sebagiannya, bahkan kamu tidak mempunyai kemampuan sama sekali untuk meraihnya.
Seorang penyair berkata:
setiap kali engkau mengumbar pandanganmu yang menjadi utusan hatimu,
maka setiap yang kau pandang itu akan menggelisahkan hatimu
Engkau melihat sesuatu yang seluruhnya tidak mampu kau dapatkan,
dan atas sebagiannya pun kau tidak punya kesabaran
(ad daa' wa ad dawaa', ibnu Qoyyim )