Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ruang Kelas

Cara Industri Perhotelan Melawan Pandemi Covid-19

2 Desember 2024   19:40 Diperbarui: 2 Desember 2024   22:59 25 1
COVID-19.

Virus ini berasal dari Wuhan, Tiongkok, pada akhir tahun 2019. Virus tersebut kemudian mulai masuk ke Indonesia pada Maret 2020.

Oleh karena itu, orang-orang diluaran sana harus menghentikan sementara semua kontak fisik antara tempat kerja dan orang yang berbeda. Dan tentu saja, hal ini menjadi sulit bagi sekian banyak orang.

Mulai dari penutupan sekolah dan dimulainya kelas online hingga penutupan restoran, bahkan hingga puluhan ribu orang terkena dampak PHK penyebab dari Covid-19 ini.

Lantas, seperti apa industri perhotelan saat itu? Tentu saja, industri perhotelan juga terkena dampak serius dari penyebaran virus Covid ini.

Akibat penutupan sementara sektor pariwisata, hotel juga terkena dampaknya. Minimnya wisatawan domestik dan mancanegara yang berlibur membuat banyak orang kesulitan untuk bekerja di berbagai bidang pekerjaan. PHK besar-besaran dilakukan untuk meningkatkan pengangguran dan memperlambat pertumbuhan ekonomi, sehingga susahnya dalam pemulihan dunia usaha pun terjadi.

Lalu, strategi apa yang diterapkan untuk menghidupkan kembali industri perhotelan?

Hal pertama yang dilakukan pelaku bisnis perhotelan adalah menghentikan penyebaran virus di area bisnisnya. Hotel sebisa mungkin mengurangi kontak langsung antara staf dan tamu. Untuk mengurangi risiko penyebaran virus, hotel harus memaksa manajemen untuk menerapkan langkah-langkah keselamatan yang ketat untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan, termasuk mewajibkan karyawan menjalani tes untuk mendeteksi virus tersebut. Hal ini dapat dimaklumi, namun dapat menimbulkan kekhawatiran baik bagi tamu maupun staf.

Misalnya saja, aturan untuk melacak perjalanan tamu bisa menjadi lebih sulit karena dapat melanggar privasi tamu dan menciptakan kesadaran tentang bagaimana hotel melindungi anonimitas dan kerahasiaan tamu.
Disisi lain, memaksa karyawan untuk mengikuti tes, dapat menjadi kontraproduktif dengan menciptakan kesalahan dan ketidakpercayaan yang dapat berdampak negatif terhadap lingkungan kerja.

Yang kedua adalah bagaimana hotel  menyesuaikan penawaran produknya untuk meningkatkan penjualan. Banyak hotel juga menerapkan metode berbeda untuk mempertahankan operasionalnya. Tingkatan penggunaan dan penjualan dengan menawarkan paket baru yang menyertakan diskon yang cukup besar. Manajer pun juga berpartisipasi dalam merotasi layanan yang mereka tawarkan, termasuk mengurangi frekuensi pembersihan dari sekali sehari, menjadi tiga hari dan beralih ke makanan beku untuk mengurangi biaya operasional. Pihaknya juga akan menyediakan ruangan untuk staf medis dan ruang isolasi untuk pasien yang terinfeksi.

Secara khusus, strategi pengurangan layanan, seperti menawarkan makanan beku yang dianggap murah dan tidak sehat, dapat merusak reputasi hotel.

Membuka hotel sebagai tempat karantina dapat menjadi pedang bermata dua bagi hotel. Namun, strategi ini dapat digunakan untuk memperkuat citra dan reputasi hotel, namun pada saat yang sama dapat menurunkan kualitas brand hotel itu sendiri. Karena dengan situasi ini dan virus yang terus menyebar, besar kemungkinan tamu hotel akan merasa tidak aman.

Oleh karena itu, ketika menerapkan strategi ini, pelaku bisnis perhotelan pun juga harus menghitung secara akurat apakah manfaat yang dicapai lebih besar daripada biaya dan risikonya.

Dan yang ketiga, pihak hotel juga menyatakan bahwa hotel yang dikelolanya terpaksa melakukan PHK terhadap karyawannya. Pihak hotel juga harus memberhentikan karyawan untuk menyeimbangkan situasi keuangan yang sedang tidak baik. Selain itu, banyak manajer memilih gaji kontinjensi untuk mempertahankan pekerjaan mereka.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun