Kenaikan tersebut mengikuti saran Dana Moneter Internasional (IMF) yang memberikan utang ke Indonesia. Kenaikan harga BBM diprotes karena dianggap semakin membebani derita masyarakat Indonesia yang saat itu tengah dihantam Krisis Moneter. (alasan dinaikin)
Akhirnya, pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga BBM bersubsidi pada 5 Mei 1998 karena krisis moneter pada pertengahan tahun 1997 yang memuncak pada 1998. Sehingga harga bensin premium menjadi Rp1.200 per liter, minyak tanah Rp350 per liter, dan solar Rp600 per liter.
Kenaikan harga BBM yang terjadi pada Mei 1998 menimbulkan protes keras dari mahasiswa yang kemudian berkembang menjadi demonstrasi besar-besaran di seluruh Indonesia. Akibatnya, massa mulai melakukan aksi protes, terutama karena terjadinya kelangkaan bahan pangan serta tuntutan agar Soeharto segera turun dari jabatannya. Aksi demo yang dilakukan massa semakin lama semakin brutal. Ledakan terjadi di beberapa tempat di Jakarta pada 12 dan 13 Mei 1998, yang menewaskan sekitar 1.200 orang. Bahkan, beberapa duta besar asing juga meminta warga negara mereka yang tinggal di Indonesia, untuk segera mengungsi.
pada 12 Mei 1998, aksi protes mahasiswa yang menentang BBM ini juga berakhir rusuh hingga akhirnya empat mahasiswa Universitas Trisakti bahkan tertembak dalam aksi tersebut. 4 Mahasiswa tersebut yakni, Berikut ini adalah korban Tragedi Trisakti:
1.Elang Mulia Lesmana (Fakultas Arsitektur Trisakti, angkatan 1996)
2.Hafidi Alifidin (Fakultas Teknik Sipil Trisakti, angkatan 1995) mengalami luka tembak di kepala.
3.Heri Heriyanto (Fakultas Teknik Industri Jurusan Mesin Trisakti, angkatan 1995) mengalami luka tembak di pungging
4.Hendriawan (Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Trisakti, angkatan 1996) mengalami luka tembak di pinggang
Namun, tak lama kemudian, pada 16 Mei 1998, pemerintah menurunkan harga BBM bersubsidi karena situasi politik, sehingga harga bensin premium menjadi Rp1.000 per liter, harga minyak tanah kembali ke harga tahun 1993 yaitu Rp280 per liter, dan harga solar menjadi Rp550 per liter.*
Pada akhirnya, untuk mengatasi kejadian tersebut, Presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya pada 21 Mei 1998. Soeharto lengser setelah 32 tahun berkuasa.