Demikian harapan dari sejumlah pihak yang begitu mencintai Manchester United. Mereka tidak ingin melihat klub kesayangan itu terus dirundung malang.
Posisi Ole Gunnar Solskjaer di kursi pelatih Setan Merah saat ini sedang tak aman. Sebelum jeda internasional, namanya santer disebut-sebut akan ditendang menyusul sejumlah hasil mengecewakan.
Pria Norwegia itu cukup beruntung. Nasibnya tak semiris juru taktik lain yang langsung kehilangan pekerjaan setelah menuai serangkaian hasil buruk. Setidaknya, Solskjaer diselamatkan oleh agenda pertandingan internasional yang memberinya waktu seminggu penuh untuk berbenah.
Solskjaer sudah kembali ke Manchester setelah mengambil waktu rehat di kampung halamannya Kristiansund. Begitu juga staf pelatih dan sejumlah pemain yang sudah menyelesaikan tugas negara.
Bila Solskjaer dan para asistennya bisa menikmati jeda, tidak demikian dengan mayoritas pemain yang harus terlibat dalam sejumlah pertandingan penting di Kualifikasi Piala Dunia 2022.
Setelah agenda internasional usai, segenap pemain Setan Merah akan kembali berkumpul di Manchester. Mereka akan kembali ke rutinitas di Aon Training Complex untuk siap bergulat dengan jadwal padat di berbagai kompetisi.
Sementara itu, Solskjaer tidak memiliki banyak waktu lagi. Pertandingan menghadapi Watford pasca-masa istirahat adalah kesempatan terakhir.
Bukan tidak mungkin, bila Solskjaer tak membuat keajaiban maka riwayatnya sebagai pelatih United bakal berakhir. Nama Zinedine Zidane pun menjadi salah satu yang ramai didengungkan.
Mengapa harus Zidane? Patut diakui, Zidane tidak hanya dikaitkan dengan The Red Devils saja. Beberapa klub top lainnya pun mengincarnya.
Kinerjanya yang fenomenal saat menangani Real Madrid adalah alasan utama. Tiga gelar Liga Champions dari total 11 gelar bersama mantan klub membuatnya menjadi salah satu pelatih paling dicari di Eropa.
Tidak banyak pelatih yang bisa berprestasi seperti Zidane. Zidane sedang berada pada masa keemasan. Selain itu, ada beberapa alasan lain yang membuat pria 49 tahun itu cocok untuk Setan Merah seperti dikatakan  Omar Garrick dan rekannya dari manchestereveningnews.co.uk.
Menghidupkan Mentalitas Pemenang
Salah satu yang hilang dari Manchester United belakangan ini adalah semangat petarung dan mental pemenang.
Zidane adalah sosok yang bisa menyuntikan faktor non-teknis itu. Selain itu, Zidane sudah berpengalaman menangani para pemain bintang dan bagaimana memaksimalkan sumber daya pemain yang ada.
Cristiano Ronaldo dan Raphael Varane sudah menenun pengalaman berharga yang penuh kejayaan di bawah arahan Zidane. Tiga gelar prestisius di Benua Biru adalah buktinya.
Bila demikian, tidak sulit bagi Zidane untuk menghidupkan memori kejayaan dalam diri dua pemain itu dan menularinya kepada para pemain lainnya.
Tidak hanya tentang Ronaldo dan Varane. Manchester United punya banyak pemain bintang dan calon bintang dengan pendar cahaya yang meredup.
Paul Pogba, misalnya. Pogba adalah pemain yang ingin diboyong Zidane ke Santiago Bernabeu pada masa lalu. Ia terkesima dengan kualitas pemain internasional Prancis itu.
Bisa menangani tim dengan pemain yang pernah diincar itu akan membuat Zidane bisa menghidupkan lagi rencananya di masa lalu.
Sebaliknya, Pogba tentu tidak akan keberatan bila Zidane berlabuh di Old Trafford. Pogba begitu mengidolai Zidane. Bila pelatih dan pemain yang saling mengagumi itu bisa bekerja sama maka akan memberikan energi positif tersendiri.
Bagaimana dengan para pemain muda lainnya? United memiliki Jadon Sancho dan Mason Greenwood. Kedua pemain muda yang memiliki potensi besar.
Keduanya hanya butuh sentuhan dan polesan yang tepat untuk menjadi bintang. Sinar mereka akan terpancar bila ditangani pelatih yang pas. Zidane adalah harapan mereka.
Orang akan bersoal jawab tentang kesuksesan Zidane bersama Los Blancos. Tim sarat pemain beken. Penuh tradisi juara. Tidak heran bila Zidane bisa menjaga predikat tersebut.
Namun, coba kita perhatikan skuat Madrid musim 2019/2020. Kedalaman tim itu tidak semewah dan setangguh di musim-musim sebelumnya. Dengan sumber daya pemain yang ada Zidane masih bisa menghadirkan gelar LaLiga dan Piala Super Spanyol.
Menyuntik Gairah
Masih terkait dengan poin sebelumnya. Zidane adalah sosok yang tak pernah kehilangan gairah. Tidak hanya di ruang ganti, tetapi juga di pinggir lapangan.
Dunia pernah mengingat tragedi Piala Dunia 2006. Zidane menanduk Marco Materazzi di laga final yang berujung petaka bagi Prancis.
Pengalaman itu sempat membuat banyak orang berspekulasi buruk. Masa depan Zidane di dunia sepak bola berakhir. Namun, setelah tutup buku sebagai pemain profesional, ia justru bisa menjadi pelatih yang luar biasa.
Apa yang mendorongnya sehingga bisa bangkit dari masa krisis itu? Gairah salah satunya. Kartu merah boleh diacungkan kehadapannya tetapi tidak akan sanggup mematikan semangatnya.
Sebelum melejit bersama tim utama Madrid, Zidane sukses mengawali karier manajerialnya sebagai pelatih Real Madrid Castilla. Di tim muda itu, Zidane menyalurkan bakatnya yang kemudian membuka pintu kesuksesannya.
Bila dibandingkan dengan Zidane, apakah kita melihat gairah yang sama dalam diri Solskjaer? Apakah Solskjaer terlihat begitu bersemangat yang tak henti memberikan isyarat tangan, memberikan perintah, hingga tak segan menghardik mereka dengan kata-kata menyakitkan?
Menghidupkan Bintang yang Redup
Manchester United saat ini adalah tim yang tak memiliki masalah mendasar dalam hal ketersediaan pemain. Walau tak semua lini dihuni para pemain jempolan, setidaknya, tim tersebut memiliki pemain dengan kualitas mumpuni.
Pesona sejumlah pemain top yang tengah redup membuat tim tersebut terlihat begitu rapuh dan semakin banyak memperlihatkan kekurangan.
Salah bintang yang tengah mengalami masa suram adalah Pogba. Seperti disinggung sebelumnya, Pogba dan Zidane saling mengidolai.
Zidane sampai harus berselisih dengan Florentino Perez dan getol menekan Mino Raiola agar Pogba bisa mendarat di Santiago Bernabeu.
Namun cerita kemudian hanya berakhir dengan ungkapan penyesalan dan saling sanjung. Kehadiran Zidane sebagai pelatih United akan menjadi momentum tepat untuk merealisasikan impian masa lalu itu. Terjadi saat Pogba sedang membutuhkan stimulus.
Kedatangan Zidane bisa membuat Pogba urung hengkang. Pogba akan menolak berbagai tawaran. Seiring kontraknya yang akan berakhir tak lebih dari setahun, ia bakal dengan senang hati memperbaharuinya.
Zidane akan memasukannya sebagai bagian dari rencananya. Bukan tidak mungkin, Zidane bisa memberinya peran lebih. Selain sebagai gelandang yang bebas berkreasi, Zidane bisa melingkari lengan Pogba dengan ban kapten yang saat ini disandang Harry Maguire, pemain yang juga sedang menjadi pusat sorotan.
Bila Maguire adalah anak emas Solskjaer. Maka Pogba akan merasakan keistimewaan tersebut dari Zidane. Sesuatu yang bisa dibayar Pogba dengan penampilan dalam versi terbaiknya.
Bagaimana mendaratkannya?
Demikian pertanyaan penting untuk membuat berbagai pengandaian ini menjadi kenyataan. Saat ini belum ada komentar dari para pihak terkait.
Manajemen United belum juga menyinggung nama Zidane, seperti mereka masih terlihat menahan diri dan coba mengendalikan kesabaran terhadap Solskjaer. Begitu juga sebaliknya dari sisi Zidane.
Namun, bila situasi di United memburuk, maka sesuatu yang tampak kabur dan masih sebatas prediksi ini bisa semakin terang dan menjadi kenyataan.
United sebenarnya memiliki sejumlah faktor pendorong untuk membuka jalan Zidane ke Old Trafford semakin lebar.
Pertama, peran Ronaldo dan Varane. Kedua pemain senior ini memiliki hubungan yang baik dengan Zidane. Keduanya sudah memberikan andil dalam menulis sejarah indah Zidane bersama El Real.
Kepergian Ronaldo ke Juventus membuat Zidane sangat merasa kehilangan. Zidane, melansir manchestereveningnews.co.uk, berkata, "Mustahil untuk menggantikan Cristiano. Tidak peduli siapa yang Anda rekrut. Dia telah meninggalkan klub, dan Anda dapat merekrut pemain berkualitas, tetapi mereka tidak akan mencapai apa yang dia lakukan di masa lalu. klub ini, tapi itulah sepak bola."
Sementara itu, relasi Zidane dan Varane lebih dekat. Selain pernah bekerja sama di Madrid, keduanya juga terikat oleh hubungan sebagai rekan senegara.
Bila sampai waktunya tiba dan Ronaldo dan Varane diminta bantuan, maka tidak sukar bagi mereka untuk membujuk Zidane.
Kedua, faktor Pogba. Sudah disebut beberapa kali sebelumnya, Zidane dan Pogba sudah memendam kekaguman dan kerinduan untuk bisa berada di tim yang sama.
Zidane pun akan memasukan Pogba sebagai salah satu pertimbangan bila menerima tawaran dari United. Zidane mengaku mengenal Pogba secara pribadi.
Sekali lagi, soal kualitas Pogba, Zidane pernah berkata demikian. "Dia membawa begitu banyak dan ada beberapa pemain yang membawa sebanyak dia. Dia seorang gelandang yang tahu bagaimana bertahan dan bagaimana menyerang."
Kedatangan Zidane bisa membuat Pogba yang ia kenal dan ia sanjung itu mengemuka kembali dalam bentuk terbaik.
Ketiga, tantangan untuk mengelola pemain bintang. Zidane bakal terpacu untuk menjalankan peran yang sama saat menahkodai Madrid dengan sederet pemain bintang.
Ia sudah membuat para pemain seperti Ronaldo, Varane, Luka Modric, Toni Kroos, Marcelo, hingga Sergio Ramos, padu. Mereka bisa bekerja sama secara apik.
Hasilnya? Sebelas gelar. Bila hanya semata-mata karena faktor pemain dan tidak didukung oleh peran seorang manajer yang hebat maka tak mungkin Madrid bisa memanen demikian banyak gelar.
Pengganti Zidane pun memilik amunisi yang tak kalah mumpuni. Namun, belum ada yang sanggup mengikuti, setidaknya menunjukkan tanda-tanda mengekor prestasi Zidane.
United yang memiliki banyak bintang seperti Ronaldo, Varane, Pogba, Bruno Fernandes, Edinson Cavani, Jadon Sancho, Masson Greenwood, hingga talenta yang diabaikan Solskjaer bernama Donny van de Beek adalah godaan bagi Zidane.
Pengalamannya mengorkestrasi para pemain top akan membuatnya bisa menerjemahkannya di Old Trafford. Meski tidak tanpa keraguan, bahkan masalah.
Kehadiran Zidane akan mengubah tatanan yang coba dibangun Solskjaer sejak 2018 lalu. Seperti laiknya kehadiran orang baru yang bakal membawa perubahan, dalam arti positif atau negatif, demikian juga Zidane.
Salah satu yang bisa ditebak terkait formasi tim berikut tanggung jawab lainnya. Bila Pogba benar-benar menjadi prioritas, maka ia akan memberinya ruang bermain yang lebih fleksibel.
Dampaknya, posisi Bruno akan tergusur. Memang pemain Portugal itu tak akan dienyahkan dari "starting line-up" namun ia tak akan berada di posisi yang membuatnya bisa bergerak lebih bebas seperti saat ini.
Bruno bisa digeser. Bila sampai itu terjadi, maka peran para pemain lain seperti Fred, Scott McTominay, dan para pendukung lainnya sangat dituntut.
Selain itu, Pogba yang akan menjadi anak kesayangan Zidane bisa membuat Maguire semakin tertekan. Bila performanya di lini belakang tak lekas membaik, maka pemain internasional Inggris itu bisa mengalami kehilangan ganda: posisi dalam tim dan ban kapten.
Apakah berbagai skenario ini bakal terwujud? Hanya waktu yang bisa menjawab.
Seandainya itu terjadi belum tentu Zidane akan dengan gampang mengembalikan Old Trafford sebagai panggung kegembiraan, termasuk menyulapnya menjadi  "Theatre of Dreams" dari segenap harapan indah penggemarnya.Â