Dalam teknologi reklamasi secara konvensional, cara yang dilakukan adalah dengan melakukan penambahan tanah pucuk, bokashi sebanyak 10-20 ton per hektar, dan kapur pertanian sebanyak 5 ton per hektar. Cara tersebut dinilai kurang efisien, karena sangat sulit untuk mengatasi keterbatasan tanah pucuk. Secara fisik, lahan sudah tidak memiliki kandungan tanah pucuk karena telah mengalami kerusakan dan terdapat berbagai lapisan penghambat pertumbuhan tanaman seperti pasir, kerikil, lapisan sisa-sisa tailing. Untuk mendapatkan tanah pucuk harus mencarinya pada lahan lain. Padahal jumlah tanah pucuk yang diperlukan tentu sangat banyak, tergantung dari luas areal reklamasi. Kebutuhan bokashi juga terlampau banyak,sedangkan untuk menghasilkan bokashi dalam jumlah yang banyak sangatlah sulit. Kapur pertanian yang dibutuhkan pun juga terbilang banyak.