Ada dua hal yang menonjol yang patut kita telaah terlebih dahulu yaitu,
yang pertama adalah mengenai pernyataan para kandidat Presiden Amerika baru-baru ini dalam kampanye mereka, khusus nya pada konteks hubungan AS dengan China.
Menarik untuk diikuti bagaimana sikap AS terhadap China yang muncul dalam debat capres tersebut. Kandidat incumbent Presiden Barack Obama menyebut China sebagai 'musuh' tapi juga mitra yang potensial. Sedangkan Romney menyatakan, AS bisa bekerja sama dengan China jika negara tersebut bisa bertanggung jawab. Terlihat sekali sikap mendua yang diperlihatkan Amerika Serikat dalam menghadapi China.
Dalam hal ini, memang lazim pada kampanye Presiden Amerika Serikat, para calon Presiden mengumumkan dengan gamblang siapa-siapa yang merupakan sekutu Amerika dan siapa pula yang ditetapkan sebagai musuh Amerika. Dari sinilah kemudian muncul berbagai istilah yang berkembang antara lain tentang : “The enemy of My enemy is My Friend”. Namun khusus dalam konteks ini, yang menjadi menarik adalah tentang posisi China dalam pandangan Amerika Serikat sebagai negara super power. Negara yang mendapat julukan the one and only super power in the world, pemegang status global hegemony, pasca perang dingin. Catatan yang muncul disini adalah bahwa China terlihat sebagai sebuah negara yang tengah bergerak menuju posisi yang cukup kuat untuk menjadi sebuah kekuatan baru yang diperhitungkan oleh Amerika Serikat.