Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana

Irian dan Putra Mahkotanya

16 November 2021   17:56 Diperbarui: 16 November 2021   18:03 249 2
Tepat pukul satu siang, gerimis masih membungkus Kota Nica, saat peluit tanda makan siang terdengar Frans Kaisiepo lari menuju kantin sekolah. Diperjalanan menuju kantin sekolah ia bertemu dengan gurunya yang beretnis Jawa yaitu Soegoro Atmoprasodjo.

"Bolehkah saya bergabung? Sepertinya anak muda ini banyak memikirkan sesuatu." Soegoro memulai pembicaraan

Frans terengah sopan, ia baru saja menyadari bahwa gurunya mengikuti ia ke kantin.

 "Tentu boleh sekali pa." Frans menjawab

  "Apa yang sedang anak muda pikirkan? Hingga tak menyadari saya mengikuti sedari tadi." Soegoro bertanya

 "Apakah boleh saya membicarakannya dengan anda?" Frans balik bertanya

 "Jika anak muda tidak keberatan, saya siap mendengarkan dan mungkin saya bisa sedikit memberi saran." Soegoro menjawab

Frans merenung memikirkan apakah dia boleh menceritakan apa yang ada dipikirannya kepada gurunya ini. Bagaimana jika gurunya ini adalah seseorang pro-Belanda?

"Baik, bila anak muda ini mencari saya datanglah ke ruanganku. Dan makanlah makananmu ini, berpikir itu membutuhkan tenaga jangan biarkan pikiranmu yang memakanmu, saya pergi dulu." Ucap Soegoro meninggalkan Frans

Frans akhirnya memutuskan untuk mendatangi Soegoro, sepulang sekolah ia mendatangi ruangan Soegoro. Ia menceritakan apa yang ada dipikirannya, dan tak disangka gurunya ini adalah seseorang yang nasionalis, ia mendukung Frans dan banyak memberikan saran, ia pun membantu Frans untuk bersikap nasionalis. Apapun kejadiannya, apapun akibatnya ia tetap harus mencintai negeri ini. Ia memberi tahu bahwa keyakinan untuk memerdekakan dan mempertahankan nusantara harus sudah ada di dalam darah, daging, dan jiwanya.

 Hari demi hari Frans sering mendatangi ruangan gurunya, Frans banyak belajar sesuatu yang baru dari gurunya ini. Hingga disuatu hari Frans berpamitan kepada gurunya bahwa ia akan kembali ke kampung halamannya yaitu Biak. Ia berjanji kepada gurunya akan mempertahankan dan mempersatukan Papua dengan Indonesia.

Sesampainya di Biak Frans bertemu dengan teman-teman lamanya, seperti tahu maksud kepulangan Frans teman-temannya begitu bersemangat untuk mendengarkan rencana-rencana yang disiapkan oleh Frans. Frans tidak begitu khawatir terhadap teman-temannya ini, karena Frans tahu bahwa teman-temannya pun ingin keluar dari jeratan Belanda dan ingin memerdekakan Indonesia.

Beberapa bulan di Biak, Frans dan teman-temannya berhasil menyelesaikan beberapa rencana awal mereka. Mereka juga membantu masyarakat Biak untuk mencintai dan melindungi satu sama lain dan mempertahankan Papua.

 Awal bulan Agustus 1945, Frans dan teman-temannya sibuk mencari dan menunggu informasi tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia. Tepat 3 hari menuju proklamasi kemerdekaan Frans dan teman-temannya mendengarkan lagu Indonesia raya di Kampung Harapan Jayapura.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun