Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Istana Baruku

28 November 2010   03:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:14 102 5
Pasti orang - orang yang lewat di depan istanaku ini iri melihat kemegahan istana dan kecantikanku. Biasanya mereka akan berhenti sebentar di depan istanaku, menatapku, lalu kembali melanjutkan perjalanannya.

Beruntungnya aku menjadi seorang putri raja yang cantik jelita yang dipuja - puja oleh semua pangeran di negeri ini. Pangeran Alex, pangeran Dwinov, pengeran Philip, dan entah pengeran siapa lagi 'aku sendiri sampai lupa nama - nama mereka', mereka berlomba - lomba melamarku untuk menjadikanku ratunya. Tapi entah kenapa, aku tidak pernah tertarik kepada semua pangeran itu. Di hatiku hanya ada satu nama, "Slamet".

Slamet atau 'Pangeran Slamet' begitu aku memanggilnya adalah seorang laki - laki tegap berkulit sawo matang yang dipilih ayahandaku untuk menjadi pengawalku. Tugasnya tentu saja adalah menjagaku dan menemaniku kemanapun aku pergi.

Awalnya 'pangeran Slamet' memperlakukan aku sebagai majikannya, tapi lama kelamaan sikapnya berubah, jika aku sedang berjalan - jalan menaiki bukit kesukaanku, ketika aku sedang berlarian mengejar kupu - kupu di kebun bungaku, dan di tempat - tempat lain yang jauh dari keramaian, dia mulai merayuku. Katanya, tak ada satu bungapun di dunia ini yang bisa mengalahkan kecantikanku. 'Pangeran Slametku' juga pandai membuat puisi, dia acapkali merayuku dengan lantunan puisinya. Cara  dia memegang tanganku ketika kita harus melongkapi sungai kecil, lembut suaranya jika sedang berbicara denganku masih kukenang indah. Karena sikapnya itulah aku selalu merindukannya. Dan sepertinya kami menjadi sepasang kekasih yang tak mungkin terpisahkan

Tentu saja hubungan kami tidak ada yang tau, karena ayahanda raja dan ibunda ratu tentunya tidak akan setuju jika putri kesayangannya kelak menikah dengan seorang pengawal biasa. Hubungan kami sedang bersemi dengan indahnya ketika ayahanda akhirnya mengetahui rahasia itu. 'Pangeran Slametku' dipecat dan aku tidak diperbolehkan keluar dari istana. Aku tidak bisa lagi bertemu dengan 'pangeranku'. Berkali - kali aku memohon kepada ayahanda agar diperbolehkan pergi keluar istana, aku rela membuang status "putri' ku, aku rela untuk menjadi rakyat jelata saja asal aku dapat bersama lagi dengan 'pangeranku', tetapi ayahanda tak pernah mengabulkan permohonanku, bahkan penjagaan untukkupun diperketat.

Sejak itu hariku selalu dihiasi dengan tangis, dan tak sedetikpun aku bisa melupakan 'pangeranku'.

Suatu hari, hampir tengah malam, entah kenapa sepertinya semua pengawal kerajaan tertidur lelap. Aku juga merasa sangat mengantuk, tetapi sebelum aku tertidur di ruangan musik, sempat kulihat sosok tegap seseorang yang selama ini kurindukan sedang mengendap - endap memasuki kamar ayahanda. Esok harinya ketika semua orang terbangun dari tidur yang sangat lelapnya, kudapati ayahanda, ibunda, dan adik bayiku sudah tak bernyawa, ada yang menikam mereka ketika mereka sedang tertidur semalam.

Aku menangis meratapi mereka, tetapi dalam hatiku ada secercah harapan, ada rasa gembira dalam hatiku mendapati kenyataan itu, artinya tak akan ada lagi yang bisa menghalangiku untuk berhubungan dengan 'pangeranku'. Senyumku sontak terkembang mengingat bahwa aku akan bisa bersanding dengan 'pangeran Slametku' secepatnya.

Seperti yang kuperkirakan, 'pangeran Slametku' datang. Kami menikah dengan pesta yang sangat meriah selama tujuh hari tujuh malam dan 'pengeranku' dinobatkan menjadi raja menggantikan ayahanda yang sudah wafat, aku menjadi ratu yang paling berbahagia pada saat itu.

Satu bulan setelah pernikahan kami, 'pangeranku' mengenalkan seorang perempuan lusuh kepadaku, dia mengenalkan Maryam sebagai adiknya. Maryam katanya akan tinggal beberapa lama di istana kami, dan dia ditempatkan di kamar yang tepat bersebelahan dengan kamar kami. Setelah Maryam didandani dengan baju - baju dan perhiasan yang mahal, dia menjelma menjadi seorang perempuan yang lumayan cantik.

Setelah perubahan pada penampilan Maryam itu, aku sering mendapati 'pangeranku' menghilang dari sampingku tatkala aku terjaga dari tidurku pada malam hari. Dan sepertinya sikap 'pangeranku' itupun berubah, dia menjadi tidak lagi romantis, bahkan dia seringkali menjambak rambut dan membenturkan kepalaku ke dinding jika aku menanyakan "Apa yang sudah kamu lakukan?" tiap kali aku memergokinya keluar dari kamar Maryam.

Aku sangat mencintai 'pangeranku' dan sepertinya dia juga masih sangat mencintaiku. Katanya, untuk keselamatanku, karena situasi di istana sedang tidak aman, aku akan ditempatkan sementara di istana baru yang dibangun di depan istananya. Istana baru yang kutempati ini tidak terlalu luas, mungkin ukurannya hanya sekitar 1 x 2 meter saja, aku bisa merasakan angin dingin yang menusuk sampai ke tulangku pada malam hari, karena istana baruku ini dibuat dengan banyak lubang di dinding dan lantainya. 'Pangeran Slametku' juga mengunci istanaku dari luar agar aku aman katanya. Satu lagi, supaya aku nyaman dan kelihatan cantik, kakiku juga diberi hiasan rantai yang berat sekali sehingga kedua kakiku sulit bahkan tidak bisa digerakkan.

Tiga hari pertama aku menempati istana baruku, 'Pangeran Slametku' sendiri yang mengantarkan makanan dan minuman untukku, dia memasukkan makanan dan minuman itu dari jendela kecil yang sepertinya khusus dibuat untuk itu. Di hari ke empat sampai sekarang (kalau tidak salah 761 hari) makanan dan minuman untukku dikirimkan oleh Maryam, entah kenapa perempuan itu selalu menutup hidungnya jika ia sedang melemparkan makananku.

Setiap orang yang melewati istana baruku ini pasti iri melihat kemegahan istana dan kecantikanku. Selalu kuberikan senyuman dan lambaian tangan untuk mereka biarpun mereka tak pernah membalasnya.

Dalam hatiku aku berjanji, akan kujaga rindu dan cintaku hanya untuk 'pangeranku' aku akan selalu setia menunggunya, yang pasti akan menjemputku dan memboyongku kembali ke istananya setelah keadaan di istana aman untukku.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun