Alat tulis seperti penghapus (eraser) adalah sebuah alat yang lumrah dimiliki setiap anak sekolah, sejak usia TK bahkan sampai perguruan tinggi. Setiap anak sekolah pasti memiliki penghapus di kotak pensilnya. Kegunaannya adalah untuk mengoreksi atau menghapus kesalahan-kesalahan pada saat anak menulis dan mengerjakan tugasnya.
Bagi anak usia SD ke atas yang sudah pandai dan terbiasa tulis menulis, penghapus akan sangat dibutuhkan untuk menjaga kerapihan dan kebersihan buku. Tapi taukah ibu, untuk anak usia TK sebenarnya penghapus itu tidak dibutuhkan??
Belajar Dari Kesalahan
Guru atau ibu yang tidak mengerti akan buru-buru menyuruh anak muridnya menghapus kesalahan pada tulisan anak ketika ia salah tulis, kemudian menimpanya dengan coretan yang baru. Ketika pertama kali anak menggunakan pensilnya untuk menulis angka satu, biarkan dia menulisnya sendiri walau masih mencong sana sini, tidak rata, tidak teratur. Atau ketika ia menulis huruf ‘a’ dengan terbalik, salah dan kotor.
Jika belajar adalah proses, biarkan anak tetap mengetahui jejak kesalahannya sejak dia melakukan kesalahan pertama kali sampai dia benar dan tepat melakukannya. Dengan begitu anak akan terbiasa belajar dari kesalahan, teliti dan menganalisa kesalahan, bukan terburu-buru menghapus dan menutupi kesalahannya.
Anak akan belajar bahwa berbuat salah dalam proses belajar itu bukanlah kesalahan yang fatal, anak akan memahami bahwa kita awalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari salah menjadi benar, dan ketika dewasa ia akan memahami dan menghargai arti dari proses hidup.
Masalah “penghapus” ini mungkin cuma hal kecil yang sering terabaikan, namun bisa jadi efeknya akan terasa pada pembentukan karakter dan perilakunya pada saat dewasa nanti. Sebagaimana para ahli psikologi banyak mengatakan bahwa usia emas anak adalah pondasi awal pembentukan karakter anak.
Keberadaan ‘penghapus’ bukannya tidak berguna, hanya saja pada usia TK (pra-sekolah), fungsi penghapus tidak terlalu dibutuhkan. Biarkan bukunya penuh coretan kesalahan, biarkan itu menjadi kenangan baginya pada saat besar nanti.
Anak belajar itu berproses, jangan menuntutnya untuk menjadi serba sempurna. Jangan juga selalu menutupi kesalahan yang ia perbuat. Biarlah anak belajar dari kesalahannya, agar kelak ia menjadi manusia yang lebih bijaksana dalam menyikapi hidup.
Moga bermanfaat ^.^