Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Anak Sebaya di Kampung Tsunami

1 Juni 2010   02:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:50 78 0

Tangisan bayi yangbaru saja lahir itu membuat orang tuanya begitu bahagia, karena telah sekian lama menunggu pengganti buah hatinya yang telah menjadi korban Tsunami 5 tahun lalu.Sementara anak-anak yang lain asyik dengan dunianya, bernyanyi, berlari-lari, dan bermain plosotan serta ayunandi sebuah TK yang baru saja siap dibangun oleh sebuah NGO pasca Tsunami.

Kondisi itu sangat berbeda dengan suasana di awal-awal Tsunami. Di mana anak-anak dan wanita paling banyak menjadi korban. Hilangnya anak sebagaipenyejuk mata dan sirnanya sentuhan lembut wanita membuat suasana kehidupan di bawah tenda-tenda darurat waktu itu mencekam,kering dan kehilangan spirit. Bapak-bapak yang kehilangan istri dan anakmenjadi sangat terpukul dan bersedih.

Dari catatan kami selama menjadi kepala desa (2005-2009) di sebuah desa Kabupaten Aceh Besar ,jumlah penduduk desaini 3000 jiwa sebelum Tsunami dan yang tersisa hanya 600 orang. Umumnyamereka yang selamat adalah Bapak-Bapak yang pergi melaut setelah shalat shubuh yang berselang kira-kira 3 (tiga) jam dengan kejadian Tsunami pada Minggu itu.

Seiring dengan perjalanan waktu, ketika masa-masa darurat berakhir yang diiringi dengan kembalinya semangat dan hilangnya trauma, kini Bapak-bapak yang menduda akibat kejadian ini, rata-rata telah menikah kembali dan telah memiliki anak. Secara statistik pun kini jumlah penduduk di desa ini mengalami peningkatan. Karena di samping bertambahnya jumlah balita, rata-rataperempuan yang dijadikan sebagai istrinya pun berasal dari luar desa ini bahkan dari luar kabupaten.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun