Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Duka Hati Pria Kehilangan

8 Juni 2010   15:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:39 335 0
Masih setia kulangkahkan kaki ini, kadang berjalan gontai, kadang berjalan dengan dengan tatapan nanar, kadang kucoba bersikap bagaikan seorang remaja apel malam minggu, dengan segala kesumringahan bertemu dengan kekasih pujaan hati belahan jiwa, sibiran tulang,

Masih setia kulakukan ziarah kehilangan, menyambangi makam tempat peristirahatan terakhirmu, kali ini kubawakan bunga kemboja kesenangan mu, berwarna putih, dengan kombinasi warna merahmuda serta semburat kuning, dengan harum nya yang khas, yang selalu kau tempelken disisi telingamu kala bunga itu berbunga didepan kamar kita,

Saat melangkah , hanya satu yang muncul dalam benak ini, terbayang kembali,sepanjang jalan ini aku pernah mengusung keranda yang berisikan,tubuh kaku mu yang sudah berbalut kain kafan, terbayang kembali bagaimana aku terseok dan berusaha untuk tegar, mengantarkan kepergianmu, kupaksa batin ini untuk perlihatkan kepada dunia bahwa aku tegar, aku ikhlas,aku tawakal menerima semua kehendak allah atas kepergianmu, mengambil yang menajdi miliknya, tetapi itu hanya bohong belaka, sangat remuk redam, sangat hancur, sangat terluka hati ini, entah kalimat apa lagi yang mewakili gundahnya perasan ini, tapi semua itu kutepis, semua kusingkirkan, semua kucoba musnahkan didepan anak anak, dan para kerabat, sehingga kata yang kudengan dalam ketulian batin, begitu tegarnya sang suami kehilangan istri.

Kembali kulakukan ziarah kehilangan, terpaku kembali memandang tanah , serta nisan mu, kuletakan bunga kamboja, kuucapkan kalimat salam, ya ahli kubur, dan kukirim surat al fatiha, surat alikhlas, surat alalaq, dan surat an nass, kulakukan dialog kubur bersama dirimu, entahlah apa semua apa yang kuucapkan masih bisa engkau dengarkan kekasih hatiku, entah masih bisa kau kerdipkan mata indahmu saat ku merayu mu dulu, entah masih bisa kau beri aku senyum khas mu saat aku kuucapkan tanda cinta yang aku plesetkan , lop su mam, kalimat itu sangat kau nikmati, sangat kau rindukan, bahkan dalam setiap komunikasi kita, baik dalam pembicaraan telepon, sms, kalau belum aku ucapkan kalimat tersebut seakan akan merajuk dirimu, kuucapkan kalimat itu dalam ziarah kehilangan ini, lop su mam, seakan akan membayang dirimu pada tanah merah yang kutatap , seakan akan aku tak percaya bahwa tubuhmu 7 bulan yang lalu kukembalikan kepada yang empunya , allah swt, sungguh sulit aku percaya, bahwa tanah makammu selalu terlihat seakan akan makam baru, tak ada rumput atau ilalang yang tumbuh,kadang aku bertanya kepada beberapa ustad ahli agama, dan sungguh aku mendapat kan jawaban, yang subhanallah, ternyata karena engkau selalu mendapat kriman doa dari anak anak buah hati kita,selalu mendapat kiriman doa dari anak anak duafa, di TPA yang engakau kelola semasa hidupmu dan sampai sekarang masih berjalan dengan baik,seolah olah doa doa tersebut seperti siraman air yang menyejukan, serta tidak tumbuhnya rumput rumput liar pada tanahnya, subhanallah kepergian mu khusnul khotimah kekasih ku sayang,kalimat kalimat itu yang menyejukan batinku atas kehilangan ini.

Selalu pula aku kirimkan doa doa setiap selesai solat, wajib yang aku lakukan, sambil kadang terbayang wajahmu, alhamdulilah kalau itu ternyata bagaikan air penyejuk membasahi makam mu, kadang aku merasakan bagaimana kau balas pula segera doa doa tersebut dengan semilirnya keharuman tubuhmu, tercium dengan aroma yang khas, itu pula yang selalu diucapkan bi nani ,pembantu yang sudah cukup lama membantu dirumah kita,yang bekerja  hanya  pada pagi sampai siang hari, selalu bi nani katakan, seperti masih ada ibu,dan rasanya ibu masih ada ya pak, itu yang selalu ia sampaikan,dan setiap kamar dibersihkan,dia selalu berkomentar, masih wangi ibu,

Masih selalu kau penuhi janjimu ,bahwa selalu akan menemaniku kala berjihad, kalimat lain pengganti mencari nafkah,setiap aku berangkat berjihad ke jakarta, kalimat selamat berjihad beh, semoga selamat, barokah,hasilnya buat keluarga,kalimat itu yang selalu engkau ucapkan, dan selalu kau ucapkan bahwa walaupun kau tetap di bandung, tapi dirimu tetap menemaniku, dan itu pula yang selalu terbayang dalam perjalanan sepanjang perjalanan ke jakarta, sambil memacu kendaraan, melewati tol cipularang purbalenyi, seakan akan senyummu terbayang diatas awan sana, seakan akan wajahmu berkejaran dalam birunya awan pagi hari, sungguh kau tepati janjimu kepadaku,kadang dalam kelelahan dan kepenatan ku menembus jalan tol tersebut,seakan akan jemari mu memijat kepenatan raga ini.

Tafakur aku dalam keheningan , menatap makammu, kali ini aku ucapkan beberapa kalimat, yang sungguh sebenarnya tak kuasa  terucap dari bibir ini, dengan sedikit terisak aku sampaikan, mah, abeh tertarik kepada seorang gadis usia 32 tahun, abeh pikir gadis ini bisa menjadi mama baru buat anak anak, mamah tidak tergantikan, barangkali kalo allah berkenan, dan ada jodoh , abeh hanya berserah diri, abeh sudah berusaha, dan sudah memintanya mau kah menikah abeh, 3 kali abeh ucapkan kalimat itu, namun dia masih meminta waktu, dia mau solat dulu minta petunjuk allah, kalimat itu yang dia ucapkan, abeh tidak tahu apakah kalimat itu berkonotasi penolakan secara halus atau apalah mah, yang jelas ega sudah kenal baik, dan ega juga tidak ingin yang lain, ega sudah cocok,

Kalimat itu yang kuucapkan dimakamnya, dialog itu muncul begitu saja, entah darimana keberanian itu aku peroleh, aku hanya terbata bata, maaf ya mah, abeh lancang, tapi ini perasaan abeh,abeh juga tidak tahu apakah hati ini bisa menerima dia dengan apa adanya, yang pasti mamah tidak akan terlupakan, mah, sampai kapanpun, malah abeh ingin kalaupun abeh nanti juga dipanggil allah, abeh ingin tubuh ini dikuburkan satu lubang dengan makam mamah, biar selalu abeh rasakan pelukan hangat mamah, dan hadiah ucapan lop su beh, sungguh kalimat terindah yang abeh rasakan dalam hidup ini.

Duka hati pria kehilangan, seandainya duka hati ini tetap berlanjut selama hayat dikandung badan, selama roh jiwa yang melekat diraga ini bersaksi, bahwa memang dirimu tidak tergantikan, biarlah kuhabiskan sisa sisa langkah ini dengan tetap mengenangmu sebagai kekasih hati pujaaan,tak lekang oleh zaman, tak pudar dimakan usia, tak lelap sekalipun  walau mata ini terpicing, tak nanar walau hati ini rapuh,walau pikiran ini mulai kehilangan daya ingat, walau kepikunan mulai menyentuh,

Tetaplah dekap kekasihmu sebagai pujaan , tetaplah sayangi daku sebagai pria kehilangan .

salam hangat kompasiana

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun