Mohon tunggu...
KOMENTAR
Olahraga

COTIF vs HBT : Antara U19 dan U21 serta Pengalaman Ricky Yacobi

27 Juli 2014   23:33 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:01 744 0
Keputusan untuk menarik keikutsertaan U19 dari turnamen COTIF di Valencia, Spanyol dan mengantinya dengan U21 yang dibentuk secara mendadak oleh PSSI, masih menimbulkan kekecewaan dan bahkan ketidakpuasan dari masyarakat pecinta bola yang sudah menantikan kiprah U19 di COTIF.

Karena U19 malah diikutsertakan pada turnamen Hasanah Boolkiah Trophy di Brunei dan berada di Grup B bersama Vietnam, Malaysia, Kamboja, Singapura, dan Brunei Darussalam. Sementara di Grup A, terdapat Laos, Myanmar, Thailand, Timor Leste dan Filipina.

Sebelumnya di turnamen Torneo Internacional de Futbol Sub-20 de L'Alcudia-- yang biasa disebut COTIF-- di Valencia, timnas U-19 berada di Grup A bersama Argentina U-20, Arab Saudi U-20, dan Mauritania U-20. Grup B COTIF Terdiri dari : Qatar U-20, Tiongkok U-20, Ekuador U-20, Brasil U-20, dan Tim Junior Valencia CF.

Saya mencoba merangkum ke dalam beberapa aspek, mengapa PSSI beralasan Timnas U19 lebih baik ke HBT dan U21 ke COTIF.

1. Regulasi

Pernyataan PSSI yang juga dibenarkan oleh pelatih U19 bahwa alasan menarik diri dari COTIF karena di COTIF para peserta hanya akan bermain 2 x 35 setiap pertandingan. Sedangkan di HBT para peserta bermain 2 x 45 menit.

Tentu lebih baik bermain 2 x 45 menit dibandingkan 2 x 35 menit, tidak ada yang menyanggah hal tersebut jika dijadikan alasan. Tetapi menariknya adalah penyataan pelatih U19:

"Saat itu, kami belum dapat regulasi dan aturan pertandingan di COTIF. Belakangan, kami dapat bahwa mainnya hanya 2×35 menit. Bagi tim pelatih, itu memang agak mengurangi nilai karena kami nanti di Piala Asia main 2×45 menit," terang Indra Sjafri.

Mengapa baru tahu belakangan dari sebuah turnamen yang sudah berjalan setiap tahunnya sejak 1984? Apakah PSSI mau mendaftar tanpa mengetahui terlebih dahulu regulasi turnamen tersebut? Inilah website untuk regulasi turnamen COTIF :

http://www.cotifycgandia.com/en/regulation/

Padahal demi turnamen COTIF, PSSI menolak sebuah turnamen di Usbekistan. Seperti pernyataan PSSI berikut ini:

"Uzbekistan tertarik mengundang kami setelah melihat penampilan timnas U-19 selama tur Timur Tengah. Tapi sayang kami tidak bisa memenuhi undangan dari federasi Uzbekistan (UFF)," ungkap Sekertaris BTN, Sefdin Syaifudin.

"Kami tidak bisa hadir di Uzbekistan karena waktunya bersamaan dengan turnamen di Spanyol. Apalagi, kami lebih awal mendaftarkan diri untuk tampil di Spanyol dari pada undangan yang disampaikan pihak Uzbekistan. Selain Indonesia, Uzbekistan juga mengundang sebanyak 14 negara lainnya. Namun, mereka pasti banyak yang tidak tampil lantaran lebih memilih berlaga di COTIF," sambungnya.

Mengapa oh mengapa kau sekarang malah mengutus timnas U19 ke HBT wahai PSSI?

2. Peserta Turnamen

Salah satu alasan yang diungkapkan PSSI adalah peserta turnamen COTIF adalah gabungan dari U20 club dan negara sedangkan perserta HBT seluruhnya adalah timnas. Berikut pernyataan PSSI :

"Keputusan tersebut didasari atas dua faktor. Yakni teknis dan non teknis. Dari sisi teknis, BTN menilai HBT lebih memberikan manfaat terhadap tim. Sebab, lawan yang dihadapi adalah Timnas U-21 plus tiga pemain senior," kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSSI, Joko Driyono.

Apakah timnas U21 tingkat ASEAN lebih baik atau setara dengan U20 Barcelona atau U20 Argentina? Coba lihat website berikut ini yang menampilkan daftar pemain yang pernah bertanding di COTIF :

http://en.wikipedia.org/wiki/L'Alc%C3%BAdia_International_Football_Tournament

http://www.cotifycgandia.com/en/football-players-who-have-participated-on-cotif/

Masih baru kita merasakan kekalahan tiga kali timnas U23 berhadapan dengan 3 klub di Itali, belum lagi pengalaman timnas senior kala menghadapi klub2 besar seperti Lazio, AC Milan yang berakhir dengan kekalahan telak. Jadi apakah alasan yang dihadapi U19 di COTIF bukan timnas melainkan beberapa peserta adalah klub sudah tepat?

Apakah engkau tidak bangga jika nama pemain Indonesia tercantum sebagai pemain yang berprestasi di COTIF wahai PSSI?

3. Umur Peserta

COTIF adalah turnamen yang diikuti timnas under 20 dan klub under 20 (berumur kurang dari 20). Sedangkan di HBT mayoritas peserta adalah timnas U21.

Secara nalar yang waras pasti sewajarnya mengirimkan timnas U21 ke HBT dan timnas U19 ke COTIF. Kenyataannya yang dikirim malah terbalik. Mengapa timnas U21 dikirimkan ke turnamen yang mayoritas adalah U2o? Indra Safri sendiri pernah mengungkapkan pendapatnya bahwa seharusnya yang turun di COTIF adalah junior, yang dikirim malah lebih senior:

http://bolapop.com/2014074660/indra-sjafri-kecewa-turnamen-cotif-diganti-hasanah-bolkiah-trofi/

Apakah engkau tidak malu mengirimkan U21 melawan U20 wahai PSSI?

4. Persiapan Timnas U21.

"PSSI melalui BTN menunjuk Rudy Keltjes untuk mempersiapkan Timnas U-21. Dalam jangka pendek, tim tersebut akan didominasi juara ISL U-21, yakni berkisar sampai 10-12 pemain. Akan ditambah juga oleh pemain U-19 yang terdaftar," tutur Sekjen PSSI, Joko Driyono."

PSSI sudah memiliki kompetisi U21 tetapi tidak punya timnas U21? Mengapa pemain dipilih oleh PSSI bukan pelatih? Mengapa timnas U21 dibentuk secara mendadak sedangkan tiap tahunnya diadakan kompetisi U21 oleh PSSI? Bahkan IPL yang dulu berjalan bersamaan dengan ISL saja memiliki kompetisi U21. Jadi sangat mengherankan sekaligus menyedihkan betapa terkesan remeh dalam pembentukan timnas U21.

Malahan timnas U19 yang dibentuk dengan pencarian model "blusukan" bukan dari pengamatan dari kompetisi U19 yang resmi dari PSSI, telah mencapai prestasi. Mengapa bukan dari hasil kompetisi reguler resmi PSSI? Bahkan kompetisi U21 terpaksa ditunda karena mayoritas adalah pemain U21 Sriwijaya. Ini penyataan PSSI :

“Penundaan jadwal memang terpaksa dilakukan. Pasti ada pro dan kontra di 12 tim yang bakal berlaga, tetapi ini semua demi timnas,” ungkap Darwis Satmoko, Manajer Administrasi dan Kompetisi PT Liga Indonesia.

Timnas U19 dibentuk secara bertahap dari sejak mereka adalah U17, sehingga bisa mencapai kemampuan seperti sekarang. Bukan dari pembentukan secara instan. Apakah sudah lupa mereka bahwa Sriwijaya U21+beberapa pemain senior dikalahkan oleh timnas U19?

http://www.bola.net/tim_nasional/sriwijaya-fc-u-21-turunkan-pemain-senior-indra-sjafri-kecewa-d032b1.html

Jika engkau tidak memikirkan timnas U21, lalu buat apa engkau membuat kompetisi U21 wahai PSSI?

KEPERCAYAAN

Menurut La Nyalla, turnamen HBT yang akan diselenggarakan di Brunei Darussalam lebih bermanfaat ketimbang turnamen COTIF. "Percayakan saja kepada PSSI, bahwa apapun keputusannya itu yang terbaik untuk timnas U-19," tambahnya.

Kepercayaan ini yang diminta dari kita yang tiap bulannya rela dipotong pajak penghasilan dan membayar pajak dari setiap barang yang dibeli. Masih baru tahun lalu PSSI yang dibentuk setelah menyatukan 2 organisasi sepakbola Indonesia yang saling bertikai, kemudian memecat Indra Sjafri. Kemudian digantikan oleh pelatih asal Argentina Luis Manuel Blanco.

“Indra Sjafri telah memberikan dedikasi dan prestasinya selama memegang Timnas Indonesia U-19. Dia tak lelah keluyuran memantau bakat-bakat pemain di pelosok Indonesia. Selain itu, prestasi timnya pun cukup membanggakan,” kata Tondo Widodo, mantan Deputi Sekjen PSSI di Jakarta belum lama ini.

Untung saja pelatih asal Argentina Luis Manuel Blanco itu kemudian tidak mau menangani Timnas Indonesia U-19. Sehingga kita bisa menyaksikan timnas U19 seperti sekarang ini.

Kita sudah memberikan kepercayaan bertahun tahun sejak lama kepada PSSI, bahkan ada beberapa harapan sewaktu dibentuk LPI yang malah berbuntut peperangan 2 organisasi sepakbola yang menghasilkan 2 timnas senior. Begitu besarnya harapan dan lamanya kepercayaan kita, namun tidak pernah diwujudkan oleh prestasi di bawah PSSI! Terakhir mereka menjuarai SEA Games 1991 di Manila, Filipina. Di kualifikasi Piala Dunia, prestasi terbaik hanya diraih ketika Indonesia berhasil lolos ke putaran final. Namun harus kandas di tangan Korea Selatan dengan agregat 1-6.

Di Asian Games, Indonesia berhasil meraih medali perunggu setelah menembus semifinal tetapi kalah dari Kuwait pada partai perebutan tempat ketiga. Pemain pada masa itu yang terkenal adalah Ricky Yakobi. Tendangannya volinya yang mengejutkan lawan ketika Indonesia melawan Uni Emirat Arab dengan jarak yang cukup jauh di luar kotak penalty. Dan Ricky Yacobi sendiri berkomentar mengenai dibatalkannya U19 ikut COTIF :
“Apa pun itu, PSSI harus lebih cermat memilih agenda turnamen internasional agar Tim Garuda Jaya bisa tampil maksimal di Piala AFC U-19. Menghadapi lawan dengan level tinggi Asia, semestinya timnas U-19 mendapat kesempatan beruji coba melawan tim-tim dengan kualitas lebih tinggi. Mereka harus dibiasakan tertekan. Bertanding melawan tim-tim yang kualitasnya relatif setara tidak akan membantu,” ujar Ricky.
Ricky mencontohkan pengalamannya pada 1986 saat tampil membela timnas di Asian Games.

“Sepanjang uji coba, kami mendapat lawan-lawan berkelas dunia. Hasilnya, kepercayaan diri kami meninggi sehingga bisa lolos ke semifinal Asian Games. Tahun berikutnya, kami yang sudah terbiasa bermain di level tinggi, relatif lebih mudah menjadi raja ASEAN di SEA Games,” ujar Ricky.

Jangan gadaikan kepercayaan kami wahai PSSI.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun