Mohon tunggu...
KOMENTAR
Healthy Pilihan

Tetap Waras di Era Digital Dengan Tidak Kebablasan Oversharing di Media Sosial

14 November 2024   09:54 Diperbarui: 14 November 2024   10:02 152 42
Di era digital yang serba cepat ini, media sosial sudah seperti tempat nongkrong sehari-hari. Kita jadi punya kebiasaan buat curhat atau sekadar berbagi momen. Tapi, ada satu kebiasaan yang sering kebablasan: oversharing alias kebanyakan cerita hal pribadi di medsos. Ternyata, kebiasaan ini tidak hanya soal suka pamer atau curhat, tapi juga ada risiko keamanan dan efek psikologis yang mesti kita waspadai.

Mengapa Oversharing Bisa Terjadi?
Beberapa studi menunjukkan bahwa oversharing sering terjadi karena adanya kebutuhan psikologis atau dorongan sosial. Dalam banyak kasus, individu merasa perlu mendapatkan validasi dan penerimaan sosial. Ketika seseorang berbagi cerita pribadi dan mendapatkan respons positif dari teman atau pengikut, ada perasaan dihargai yang menenangkan, yang membuat mereka semakin terdorong untuk membagikan detail yang lebih personal

Selain itu, narsisme atau kecenderungan untuk menjadi pusat perhatian juga menjadi penyebab utama oversharing. Orang dengan kecenderungan narsistik mungkin menggunakan media sosial untuk menunjukkan pencapaian, penampilan, atau gaya hidup mereka sebagai bentuk "panggung" untuk mendapatkan pengakuan. Bagi beberapa orang, hal ini terasa memuaskan karena mereka bisa mengontrol persepsi orang lain terhadap diri mereka dengan menampilkan citra ideal di media sosial. Oversharing juga sering terjadi sebagai cara mengatur emosi. Kaum remaja sering menggunakan media sosial untuk mencurahkan perasaan yang tidak bisa mereka sampaikan dalam kehidupan nyata. Mengungkapkan pikiran di media sosial memberikan sensasi lega, terutama dalam menghadapi tekanan sehari-hari.

Mengapa Kita Perlu Peduli ?
Meskipun tampaknya tidak berbahaya, oversharing memiliki beberapa dampak negatif yang patut diwaspadai:

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun