Satu Kalender Lagi (2014), Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden digelar. Pemilu ke empat sesudah rezim Soeharto tumbang. Sebuah medan kompetisi antar partai politik. Lengkap dengan segala pernak-pernik konflik kepentingan dan pertarungan kekuasaan. Sesekali berlangsung keras bahkan berdarah. Dilain waktu, mengayun gemulai dalam negosiasi dan kompromi tertutup. Seluruh rasa dan pergulatan ideologi, nalar, hingga ketingkat paling pragmatis membaur jadi satu: Menang atau Kalah. Sayang, masyarakat mulai lelah. Malah cenderung apatis dan sinis atas segala fakta-fakta politik.
Mengapa demikian?? Karena akar dari apatisme rakyat atas partai, politisi, dan proses politik formal, bersumber dari realitas yang dipertontonkan oleh mayoritas elit politik secara nasional, salah satunya adalah euforia kasus korupsi (suap-menyuap) yang menimpa ketua mahkamah konstitusi akil mochtar.