Selain keluarga, saya memiliki sebuah keindahan hidup lainnya yaitu sahabat. Sahabat adalah nama-nama yang kita simpan dalam ruang hati kita. Dia yang biasanya kita ingat jika diperlukan berbagi cerita. Entah duka atau suka. Nama seorang sahabat selalu berada di peringkat teratas pada setiap persentase pengiriman pesan singkat, whatsapp, atau blackberry messenger. Kabar mereka selalu kita rindukan. Jika pertemuan terjadi, tidak cukup waktu untuk berbagi cerita. Walaupun, cerita yang terlontar itu-itu saja.
Lemon tea persahabatan
Secangkir persahabatan tidak selalu menyuguhkan sebuah minuman manis. Karena persahabatan dibentuk oleh kondisi yang bisa bermuara sebutan takdir. Saya bertemu dengannya, adalah sebuah takdir. Allah punya kehendak. Tapi jangan lupa kalau manusia dilengkapi dengan sifat egois. Saya menyakini manusia mempunyai sifat itu. Hanya saja, satu dengan yang lainnya memiliki dominan yang berbeda dalam prilaku. Ada yang mengendalikannya dengan bijak atau mengumbarnya tanpa disadarinya sama sekali.
Ikatan kuat persahabatan, selalu dilengkapi dengan rindu. Jika masih tidak ada rindu dalam sebuah hubungan persahabatan, berarti persahabatan itu harus dipertanyakan. Karena dalam hati seseorang bisa di buat banyak kamar untuk ditempati banyak nama sahabat. Itu mengapa Allah, menitipkan kebaikan mengasihi.
Persahabatan itu adalah sebuah hubungan yang harus diperbaharui terus menerus kualitasnya. Sebuah kebersamaan manusia pasti ada asam manisnya. Laiknya, sendok dan piring suka berdenting. Hal yang perlu diingat dalam hubungan persahabatan, bahwa memperlakukan ia dengan empati penuh. Bersahabat bukan berarti menjadi tempat sampah gratis unek-unek apa pun. Tapi, sahabat adalah kondisi yang berimbang untuk saling membagi kisah. Tidak berat sebelah. Perlakukan ia sebagaimana inginnya kita diperlakukan.
Siapkan telinga, siapkan nasihat, dan tidak melupakan dia saat memang ia harus tahu hal-hal yang terpenting dalam hidup kita. Menekan egoisme. Dengan adanya dia, kita sungguh berarti, karena dia dengan senang hati mengangkat kita menjadi sahabatnya. Walapun, tidak harus selalu dengan sebuah iklar persabatan.
Sahabat itu mengerti