“Di Jawa Barat Semuanya Ada”, demikianlah tagline iklan pariwisata dari Disparbud Jawa Barat yang muncul di layar televisi kita akhir-akhir ini. Diawali dengan munculnya artis komedian asal Jawa Barat (meskipun sekarang menetap di ibukota), Sule, yang bernyanyi dan menari-nari dengan latar belakang objek wisata Kawah Putih di kawasan Bandung Selatan, iklan ini mengajak pemirsa untuk berkunjung dan berwisata ke Jawa Barat. Lewat rangkaian tampilan gambar beberapa objek wisata di Jawa Barat: Kawah Putih di Bandung Selatan, CandiCangkuang di Garut, Pantai Pangandaran di Ciamis, Kampung Naga di Tasikmalaya, Gedung Merdeka dan Gedung Sate di Bandung, lalu objek kesenian dan budaya tradisional Jawa Barat: berupa Tari Merak yang dibawakan beberapa orang penari, permainan kecapi dan wayang golek, serta sekilas kuliner dan tempat perbelanjaan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat sebagai pembuat iklan berdurasi sekitar setengah menit ini bermaksud menunjukkan betapa kayanya potensi pariwisata di provinsi Jawa Barat yang layak untuk dikunjungi.
Sule menari, menutupi pemandangan objek yang dipromosikan Apa yang menarik dari iklan pariwisata tersebut? Pertama, saya tidak ingin membahas kontroversi di masyarakat yang menyertai iklan pariwisataini, sehubungan dengan tampilnya gubernur Jawa Barat . Ahmad Heryawan di bagian akhir (iklan terbaru sudah direvisi, Pak Gubernur sudah tidak diperlihatkan dan tinggal suaranya saja), yang menganggap sang gubernur telah melakukan kampanye terselubung dalam rangka Pilgub 2013. Saya hanya ingin sedikit mengulas materi iklannya, yaitu promosi pariwisata Jawa Barat. Bahwa potensi pariwisata di Jawa Barat sangat besar, adalah kenyataan yang tidak bisa disangkal. Keindahan alam Jawa Barat, keragaman bentang alamnya, kesuburan tanahnya, kekayaan budaya dan kesenian masyarakatnya, peninggalan sejarahnya, keramahtamahan penduduknya, kecantikan para wanitanya, letak yang tidak jauh dari ibukota Jakarta yang berpengaruh pada kemudahan akses dan fasilitas infrastruktur yang cukup lengkap hingga keberadaan pusat-pusat pendidikan dan industri kreatif yang membuat beberapa kota di Jawa Barat menjadi surga bagi pecinta belanja serta pencinta kuliner, kesemuanya itumendukung Jawa Barat sebagai salah satu pilihan terbaik daerah tujuan wisata di Indonesia. Jadi untuk apa iklan tersebut dibuat? Tentu saja segala kelebihan itu haruslah diperlihatkan dan dipromosikan kepada seluruh masyarakat di luar Jawa Barat, baik di Indonesia maupun di negara-negara lain, sehingga mereka menjadi tahu dan lebih tahu, serta tertarik dan terbangkitkan keinginan untuk mengunjung daerah Jawa Barat. Untuk siapa iklan tersebut dibuat? Nah, ini dia. Tadi saya sudah sebut, masyarakat di luar Jawa Barat. Apakah masyarakat di luar Jawa Barat itu masyarakat Indonesia secara umum? Apakah juga termasuk di dalamnya masyarakat mancanegara? Kalau kita melihat dari cara penyajian dan bahasa yang digunakan, iklan pariwisata ini hanya menyasar ke masyarakat Indonesia. Masyarakat mancanegara tidak termasuk, karena bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia, baik di tulisan maupun dalam lagu yang dinyanyikan oleh Sule. Selain itu, adalah karena siaran televisi ini hanyalah bersifat lokal. Saya tidak tahu apakah memang ada versi lain dari iklan ini, yang diperuntukkan bagi masyarakat mancanegara dan disiarkan di televisi lokal beberapa negara yang menjadi target pasar wisata Disparbud Jawa Barat. Meski sudah terlihat cukup baik dan cukup mempromosikan potensi pariwisata di daerah Jawa Barat, masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki dari iklan ini. Pertama adalah penampilan Sule di iklan tersebut, yang terlalu dominan, telah mengurangi nilai keindahan dari objek yang akan “dijual” (Kawah Putih), selain mengurangi pula kesempatan/waktu untuk menampilkan objek-objek wisata lain. Iklan itu seolah-olah menjadi promosi bagi Sule... Cobalah kurangi, cukuplah Sule ada di awal dan di akhir saja, sehingga objek-objek wisata lain bisa masuk pula. Memang saat ini Sule sebagai artis asal Jawa Barat sedang berada dalam posisi teratas komedian di Indonesia, namun jika peranan Sule dalam iklan itu diganti dengan seorang mojang Jawa Barat yang “geulis” atau jajaka yang “kasep” yang mungkin belum terlalu dikenal, nilai promosi dari iklan pariwisata itu tidak akan berkurang. Saya yakin. Atau gantilah adegan menari-nari Sule dengan anak-anak berpakaian tradisional Sunda yang sedang “ngibing” (menari) berlatar belakang Kawah Putih, dipastikan akan lebih menarik. Dari pemilihan objek wisatanya pun, menurut saya, ada beberapa di antaranya yang bersifat terlalu umum. Yang ditampilkan kurang mencirikan bahwa objek tersebut berada di Jawa Barat. Kekhasan Jawa Barat-nya kurang terlihat. Dalam hal ini, Gedung Sate dan Gedung Merdeka sudah tepat, gedung bersejarah yang berseni arsitektur tinggi amat layak ditampilkan, dan memang merupakan ikon Jawa Barat. Namun untuk objek seperti pantai, itu terlalu umum. Di provinsi-provinsi lain pun objek wisata pantai ada, dan banyak yang tidak kalah cantik dengan pantai di Jawa Barat. Tempat belanja dan kuliner pun, tidak ditunjukkan lokasi yang khas. Benar-benar sekilas (waktunya sudah habis oleh tampilnya Sule) dan terlalu umum. Tidak jelas di mana dan barang-barang yang dijual serta makanan yang disajikan apa. Apakah semua orang yang menyaksikan iklan tersebut tahu nama objeknya dan di mana lokasinya? Salah satu kekurangan mendasar iklan ini adalah tidak adanya teks yang melengkapi gambar yang tampil, yang menjelaskan nama objek dan lokasinya. Dengan objek yang tampil dalam waktu yang singkat, pemandangan yang sangat umum, pemirsa tidak diberikan kesempatan untuk tahu objek apa dan di mana, sementara lagu yang dinyanyikan Sule (jika dianggap sebagai narasi) tidak menyebutkannya. Contoh lain adalah Kampung Naga, sebuah kampung di daerah Tasikmalaya (ada yang menyebutnya Garut) yang masih mempertahankan adat istiadat Sunda kuno. Kampung yang unik dan khas Jawa Barat ini juga ditampilkan dalam iklan ini secara sekilas, dan jika orang tidak begitu familiar dengannya, pasti tidak akan ‘ngeh’ kalau itu Kampung Naga. Anda sendiri tahu kalau itu Kampung Naga? Juga candi Cangkuang, yang menjadi background pemain kecapi. Tidak banyak orang yang tahu candi Cangkuang, beda dengan candi Borobudur atau Prambanan. Orang mungkin bertanya, betulkah di Jawa Barat ada candi? Di mana? Di sinilah pentingnya keberadaan teks, sebagai pelengkap dari objek-objek yang ditampilkan dalam iklan ini. Ketidakjelasan ini bisa membuat iklan pariwisata ini hanya sekedar pajangan di layar televisi (dan malah mungkin menjadi sumber kecurigaan sebagian pihak, seperti yang terjadi). Orang hanya akan ingat Sule, sementara pariwisata Jawa Barat cuma menjadi latar. Jika yang dituju adalah wisatawan lokal, akan lebih tepat jika objek wisata yang ditonjolkan adalah yang menarik bagi mereka. Misalnya apa? Bandung punya Trans Studio, Kabupaten Bogor memiliki Taman Safari, Kota Bogor memiliki Kebun Raya dan Istana Bogor. Daya tarik tempat-tempat ini sangat besar bagi wisatawan lokal. Wisata kuliner? Pusat kuliner ada di Bandung, Bogor dan Cirebon, meskipun kota-kota lain pun tidak kalah dalam variasi jenis kuliner dan rasanya. Pilihlah salah satu tempat kuliner yang mewakili,yang suasana dan hidangannya khas Sunda atau Jawa Barat, jangan suasana hotel yang ditampilkan seperti pada iklan yang sekarang. Wisata belanja? Di Bandung ada Cibaduyut sebagai pusat pengrajin sekaligus pusat perbelanjaan sepatu, jalan Dago dan Riau pusat FO serta distro, Cihampelas pusat perbelanjaan dengan bentuk-bentuk toko yang unik, Pasar Baru pusat pakaian dan kain, yang juga sering dikunjungi wisatawan dari negeri jiran Malaysia. Dan masih banyak lagi. Mau yang ilmiah? Di Bandung ada Museum Geologi yang menarik untuk dikunjungi, juga ada observatorium Boscha di Lembang. Di Bogor ada Museum Zoologi dan Kebun Raya Bogor. Taman Buah Mekarsari dan Taman Bunga Nusantara di Kabupaten Bogor pun turut melengkapi kekayaan wisata ilmiah Jawa Barat. Mau seni budaya? Ada Saung Angklung Udjo di Bandung yang sering dikunjungi wisatawan asing, dan juga Taman Budaya Dago di mana sering dipertontonkan pertunjukan seni budaya Sunda. Bagi penyuka alam yang unik dan indah, di Ciamis kita bisa mengunjungi Green Canyon, ngarai sepanjang sungai Cijulang berpanorama menakjubkan dengan keberadaan stalaktit dan stalagamit. Kita pun bisa mendatangi Gunung Tangkuban Perahu dengan 3 kawahnya yang terkenal, Kawah Ratu, Kawah Upas dan Kawah Domas. Kemudahan dari berkunjung ke gunung ini adalah bahwa kendaraan roda empat bisa naik sampai mendekati bibir kawah. Pemandangan indah mempesona pun akan kita peroleh di perkebunan teh Gunung Mas di Puncak maupun perkebunan Malabar di Bandung Selatan. Jangan dilupakan pula, Jawa Barat memiliki Sentul International Circuit, yang pantas dikunjungi jika ada event-event otomotif berkelas nasional maupun internasional. Yang saya sebut di atas kesemuanya khas Jawa Barat, yang hanya ada di Jawa Barat, tidak bisa ditemukan di tempat lain. Dengan konsep iklan yang lebih matang, penggunaan agency iklan yang lebih profesional, pemilihan objek wisata yang tepat, serta secara sinematografi yang lebih baik, meliputi visualisasi, akting, teks atau narasi, dan musik latar, iklan pariwisata Jawa Barat akan terlihat lebih artistik, membanggakan, mengesankan dan berdaya jual Sebagai perbandingan, cobalah kita melihat iklan sebuah produk minuman energi bertema wisata Indonesia, dua di antaranya episode Wisata ke Semarang dan Wisata ke Yogyakarta. Begitu orang menyaksikannya, orang benar-benar terkesan. Meskipun yang diiklankannya adalah produk komersial dari satu pihak swasta, nilai pariwisata yang diangkat benar-benar muncul. Saya pribadi benar-benar suka iklan-iklan bertemakan wisata Indonesia itu. Nah, seperti itulah iklan pariwisata Jawa Barat yang harus dibuat. Atau Disparbud Jawa Barat perlu menggandeng Sido Muncul, produsen minuman energi tersebut, untuk membuat iklannya? Ayo berwisata ke Jawa Barat! Di Jawa Barat Semuanya Ada...(tanpa gambar Sule...apalagi Kang Aher!) Salam, CP
Warga Jawa Barat, wisatawan, suka memperhatikan iklan
KEMBALI KE ARTIKEL