Sampai juga kita di petang yang terkenang
Dalam matamu ialah seruan-seruan menarik rindu
Melepas kancing baju bergegas jatuh
Tenggelam di peluk ramah luas danau yang raya birahi
Sebatas dada, mendadak lembut itu kecupan merebak mulai membungkus Tuhan
Dalam hati paling jantung:
Seumpama cinta menentukan nasibnya sendiri-sendiri
Barangkali daun-daun itu enggan jatuh
Meniru hujan yang lebih dulu rebah pada matamu
Yang kukenali sepenuhnya ialah kristal air mataku
Basah, menganak-sungaikan kesedihan
"Sayang, kenanglah aku sebaik-baiknya kenangan.
Dengan begitu segala kehilangan akan mudah terselamatkan."
Jakarta, Februari 2013