Malam ini seperti malam-malam sebelumnya. Sesampainya di rumah, perempuan yang bermata sayu itu bergegas mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. Menyalakan keran dan mulai membasahi diri. Keran diputar ke kanan, air semakin mengalir deras. Bak mandi yang telah terisi penuh dibiarkan terus terisi. Suara air kompak terdengar, dari keran, bak mandi, dan sepasang matanya.
BYUR! BYUR! BYUR!
Gerakannya semakin membabi buta. Ia guyurkan air dari ujung rambut dan membiarkan air itu menyatu dengan air matanya. Ya, hanya di kamar mandi ia dapat menangis sekencang-kencangnya. Berharap tak ada yang tahu bahwa ia sedang menutupi tangisannya. Sayangnya, sang cicak yang berada di sudut kamar mandi menjadi penonton setia setiap malam. Bahkan, tanpa disadari sang kecoa yang berada di belakang toilet pun bisa membedakan: air kamar mandi dan air mata.