Dalam sehari-hari kekuatan media begitu besarnya dalam membentuk opini publik, bahkan bisa menggiring masyarakat untuk hanya melihat serpihan realitas yang ditampilkan media. Karena hampir semua orang, tidak langsung melihat kenyataan utuh berbagai peristiwa, sebaliknya hanya melalui sudut pandang/angle kamera media. Sehingga masyarakat bisa digiring oleh kuasa di balik media.
Dengan apa Fir'aun menggiring dan mencocok rakyatnya supaya berpandangan dan berpikiran sesuai dengan kepentingan tiraninya? Tak lain bisa dibayangkan dengan kekuatan semacam media itu. "kamera" para ahli cerita dan pendongeng betul-betul dalam genggaman Fir'aun.
Secara makna, potongan ayat itu sangat ilustratif mengabarkan kekuatan Fir'aun dengan "industri" medianya, yg bisa menyulap dan menyihir pandangan rakyatnya. Diksi (kata) dalam potongan ucapan Fir'aun itu begitu pas dan spontan menghadirkan dalam kepala kita gambaran "balik layar" kekuasaannya. Secara rima, bunyi yg enak diucap dan indah didengar, kata urii (aku jadikan melihat) terasa pas dan bersesuaian untuk bersanding dengan kata araa (aku melihat), yang memang keduanya satu akar kata dari ra'a (melihat).
Jadi, bukankah potongan ayat itu sangat sastrawi? Enak dan renyah dibaca serta indah dan terasa pas gambaran yg ditimbulkannya di kepala.