Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Pelatihan Mading yang Cukup Padat

6 Oktober 2012   11:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:10 728 10

Hari kedua kegiatan pelatihan membuat mading pada tgl 6 Oktober 2012 di SMP “Tunas Harapan Nusantara” dimulai lebih pagi karena selain berlatih membuat dan mengevaluasi artikel profil termasuk hasil wawancara mentah yang dibuat oleh para siswa-siswi yang bertugas menjadi reporter di kelompok masing-masing, mereka juga mendapat bonus berupa motivasi menulis dari mbak Christie Damayanti, relawan IDKita lainnya.

Setelah mas Valen memperkenalkan kembali blog publik Kompasiana dan membimbing mereka untuk melakukan kegiatan registrasi di sana, saya memberi penyegaran kembali tentang manfaat menulis dan ngeblog juga jenis-jenis tulisan. Kemudian dilanjutkan oleh mbak Christie yang berbagi pengalaman tentang kegemaran menulisnya sebelum dan sesudah mengalami serangan stroke.

Mereka semakin tertarik ketika Kompasianer 2011 ini menunjukan koleksi korespondensinya dengan beberapa tokoh internasional seperti Lady Dy, Ferdinand Marcos, Francois Mitterrand, Indira Gandhi dll termasuk tokoh kartun Walt Disney seperti Mickey Mouse dan Donald Duck. Beberapa siswi menanyakan bagaimana cara membuka profil mbak Christie di Kompasiana karena ingin meyakinkan diri bahwa profil tersebut memang milik mbak Christie yang mereka saksikan langsung memiliki keterbatasan yaitu hanya dapat menggunakan tangan kirinya untuk menulis dan mengetik.

Semangat mereka masih terlihat tinggi ketika diminta untuk mengeluarkan hasil wawancara yang mereka lakukan terhadap tokoh di sekitar mereka. Ada yang narasumber wawancaranya teman, guru bahkan ibunya sendiri. Mereka mulai banyak bertanya setelah hasil wawancara tersebut kami minta untuk diubah menjadi narasi yang menarik dan tidak lebih dari dua lembar halaman A4.

Meskipun lebih lama dari waktu yang ditentukan untuk membuat narasi tapi hasil narasi yang dikumpulkan termasuk judulnya sudah menunjukan mereka bersungguh-sungguh mengerjakan. Hasil kerja setiap kelompok kemudian kami evaluasi bersama sehingga semua dapat belajar dari kekurangan dan kelebihan profil-profil yang sudah dibuat. Mbak Chia dan dan mBak Sita, relawan IDKita Kompasiana yang mungil-mungil tapi gesit banyak membantu di sesi membuat dan mengevaluasi profil ini.

Selanjutnya, untuk tugas mencari bahan-bahan dua artikel untuk dua rubrikasi kemarin, kami meminta mereka mengolahnya di rumah terserah mau dibuat dalam bentuk reportase atau opini lalu bisa dikirim ke email mas Valen sehingga dapat dievaluasi secara tertulis untuk bisa dipelajari mereka lagi sewaktu-waktu.

Waktu sudah menunjukan jam 11:30 ketika mas Valen meminta perhatian mereka untuk diskusi bersama demi mendapatkan masukan bagaimana mading sekolah yang menarik menurut mereka. Di sini mbak Christie sesuai keahlian di bidang arsitektur yang dimilikinya memberi beberapa masukan positif antara lain letak mading sebaiknya tidak melawan cahaya yang dapat membuat pembaca silau, latar belakang mading sebaiknya jangan hitam karena akan lebih hidup jika diberi warna-warna terang. Lalu setiap artikel sebaiknya diberi satu warna berbeda dengan artikel lainnya dan artikel-artikel tersebut akan lebih menarik jika ditulis tangan. Mas Valen memberi saran agar mading diperbaharui setiap dua minggu sekali sehingga tidak ketinggalan berita aktual dan segera dibentuk susunan kepengurusan mading untuk masing-masing kelas dan semua murid di kelas yang tidak terpilih sebagai pengurus bisa berperan aktif sebagai reporter.

Sekali lagi kami mengingatkan bahwa mading itu bukan media penerima copy-paste dari Google karena jika hanya demikian, orang lebih memilih membuka Google langsung daripada berdiri berlama-lama membaca mading. Tampilan memang penting namun yang lebih penting adalah content atau isi dari mading itu sendiri. Tema mading boleh ditentukan namun rubrikasi di dalamnya sebaiknya memuat artikel yang memang dibuat oleh para siswa-siswi sendiri sehingga mereka dapat berlatih menganalisa situasi dan kondisi di sekitar mereka dan mengungkapkannya dalam bentuk opini. Kami juga menganjurkan mereka untuk berlatih membuat reportase dimulai dari lingkungan seputar sekolah.

Sebelum kami tutup, kami memberi kuis untuk mengetahui sejauh mana mereka menangkap pesan utama kami dalam pelatihan ini. Ada tiga pertanyaan yang kami ajukan dan ternyata mereka antusias juga untuk mengikuti. Dua siswi dan satu siswa mampu menjawab hal-hal terpenting ketika mereka berinternet lalu beda antara reportase dan opini dan terakhir manfaat apa saja yang didapatkan dari kegitan menulis.

Kepala sekolah “SMP Tunas Harapan Nusantara” memberikan apresiasinya terhadap kerja kami selama pelatihan ini dengan memberi sertifikat untuk IDKita-Kompasiana. Akhirnya kegiatan pelatihan yang cukup padat namun tetap menyenangkan ini pun ditutup.

Lintang, ibu dua anak yang ingin anak-anaknya gemar menulis.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun