Pagi bergegas beranjak menuju siang, saat lelaki renta separuh baya itu duduk di sebuah warung yang dinaungi pohon besar yang rimbun daunnya mengipasi siapa saja yang berada di tempat itu sehingga sesiapapun saja akan merasa begitu nyaman sampai-sampai menerbitkan rasa enggan untuk beranjak dari tempat itu. Sebagaimana halnya lelaki renta separuh baya yang saat itu tengah duduk nyaman ditemani secangkir teh tawar dan beberapa batang rokok kretek. Sesobek kertas yang tak lagi jelas warnanya tergeletak manja didepannya, memaksanya untuk mengernyitkan kening menerjemahkan tanda-tanda yang makin tak terbaca. Entah darimana asal usulnya tiba-tiba saja dihadapan lelaki renta separuh baya itu berdiri seorang anak muda dengan mata berbinar penuh cahaya mempesona menatap lelaki renta separuh baya itu dalam-dalam sembari mengulurkan tangannya.