Baru saja suara nyaring Tadarus dari musholla sebelah, berhenti. Tak sampai semenit mengalun nyaring suara musik. Mau berontak rasanya, malam sudah larut tapi tak henti-hentinya suara yang amat keras menerobos ke dalam kamarku. Dalam hati, aku berharap semoga mereka yang melulu menggunakan speaker atau sounsystem di tengah kepadatan kota akan paham bahwa ketergantungan pada rupa teknologi itu tak ada relevansinya dengan derajat keimanan, keheningan hati, apalagi kesungguhan perubahan perilaku. Jika tidak peka pada lingkungan sekitar apakah wujud keimanan? Begitu tanyaku dalam batin. Tak lama kemudian seruan laki-laki memanggil, “Bapak-bapak, ibu-ibu, para remaja, warga RT 01 RW 02 Nginden Jangkunganyang saya hormati, saya harap segera berkumpul di lokasi yang telah disiapkan. Kita akan segera memulai malam renungan kemerdekaan!” Kalimat ini diulang-ulangnya, tentunya supaya makin banyak warga yang datang berkumpul. Tak lama kemudian, sekitar 10 menit mulai dibacakan susunan acara yang dibuka dengan doa bersama. Aku hanya mendengar dari dalam kamarku, hampir seluruh rangkaian acara malam itu.