Tersembunyi rindu, ingin bertuah,
Kutuliskan puisi, memakai praktik majas,
Mengungkapkan cinta, yang tak terkira.
Seperti lautan yang gelap dan dalam,
Hati pendosa merasa terabaikan,
Namun dalam kisah-Nya yang tak terhingga,
Cinta-Nya mencapai jiwa yang terpenjara.
Oh, pendosa! Jangan merasa terasing,
Di antara dunia yang jahat dan kehinaan,
Pengampunan-Nya takkan pernah terbatas,
Kasih-Nya melingkupi semua yang berdosa.
Seperti bunga di padang yang tandus,
Pendosa pun berhak tumbuh dan bersemi,
Kehadiran-Nya mencurahkan rahmat-Nya,
Menyentuh jiwa yang merindukan cinta-Nya.
Dalam gelapnya dosa, terang-Nya tetap bersinar,
Memberi harapan, melebihi segalanya,
Bukalah hatimu, terimalah pengampunan-Nya,
Pendosa juga pantas mencintai tuhannya.
Jadilah seperti api yang tak terpadamkan,
Yang terus membara dalam ketulusan,
Bersujud di hadapan-Nya dengan penuh keyakinan,
Pendosa pun dapat menemukan-Nya dengan segenap kecintaan.
Biar puisi ini menjadi saksi abadi,
Bahwa tak ada dosa yang tak terampuni,
Cinta-Nya tak terbatas pada yang sempurna,
Pendosa juga pantas mencintai tuhannya.